Tisatun ٩

7.2K 375 7
                                    

Aku diantar menuju bandara Soekarno-Hatta bersama seluruh anggota keluargaku.

Kak Haidar sangat beruntung, dia diperbolehkan sekolah di Indonesia dan akan mengambil jurusan akademi kepolisian atau TNI mungkin.

Setelah koper besarku dikeluarkan dari bagasi mobil aku segera berpamitan dan memeluk mereka satu persatu. Perbekalan pakaian, uang, dan buku aku rasa sudah cukup. Lagipula, mama pasti akan mentransfer uang untukku.

"Hati-hati ya dek, jaga diri baik-baik" Pesan mama dengan sedikit isakan tangis.

"Iya, mama juga ya" aku memeluk mama untuk kesekian kalinya, entah dia bosan atau malah kesenangan.

"Dek, belajar yang pintar ya biar bisa jadi dokter yang sukses dan adil" Pesan papa yang melebarkan tangannya dan memelukku.

"Jangan lupa sama gue! Pulang dari Turki bawa oleh oleh yang banyak! Terus pulangnya rutin ya, tiap setahun sekali! Gamau tau" Pesan kak Haidar yang terdengar seperti perintah yang memaksa.

Kak Daisam kenapa diam,ya? Padahal yang lain memberiku nasihat dan pesan pesan.

"Pesan gue satu, Tetep jadi orang baik dan jangan minder!" Singkatnya, namun pesan kak Daisam bijak dan bermanfaatlah.

"Wassalamualaikum" Aku melenggangkan diriku perlahan dengan langkah yang sangat berat untuk meninggalkan orang-orang yang sangat kucintai.

Aku mulai menarik koperku dan berjalan jauh dari mereka. Pandanganku memudar dan tidak dapat melihat mereka lagi, keluarga yang kucintai.

Sebentar lagi aku akan menjalani hidup yang baru diluar sana, entah akan lebih baik atau malah sebaliknya. Air mata mulai berkerumun di permukaan mata, semua tampak ingin jatuh. Aku gagal menahannya, tak dapat dielakkan lagi air mata ini akhirnya jatuh juga. Kuusapkan air mata tak pantas ini atau mungkin ini sudah menjadi sesuatu yang pantas untuk sekarang.

Aku menunjukkan boardingpassku dan passport. Setelah itu aku segera mencari tempat dudukku. Syukurlah ternyata aku duduk di bagian tengah pesawat dan dekat jendela. Aku sangat menyukainya karena dapat melihat pemandangan hasil ciptaan Allah SWT yang sangat menakjubkan. Tak lupa, aku menonaktifkan ponselku meskipu sebenarnya dapat di airplane mode saja.

Agha

Aku terbaring di tempat tidurku, aku melirik jam di meja nakas.

08.15

"Hari ini kan, 'orang yang nganggep gue sahabat' bakal takeoff ke Turki! Kok gue bisa lupa ya" Aku tersentak saat melihat jam menunjukkan pukul berapa.

Aku pun segera mencari kontak Arshiya dan menleponnya lewat freecall LINE.

UGHH tidak dijawab. Pasti dia sudah takeoff dan matiin hp.

Suara denyitan pintu kamar mandi terdengar terbuka.

Hem ternyata Ghozy. Dia kan menginap dirumahku selama seminggu. Agak ganggu agak ngehibur sih. Tapi gapapa deh jadi gaterlalu senyap gitu dirumah, karena bo-nyok juga lagi dinas seminggu di luar kota.

"Abis nelpon Arshiya lo?!" Tanyanya sambil mengeringkan rambutnya menggunakan handuk. Ya dia lagi rajin, tumben mandi sepagi ini.

"Ah nggak kok, sotoy lu!" Aku berbohong padanya, tapi sepertinya dia tau kalau aku berbohong. Dia bilang kan dia cenayang gitu.

"Ah boong lu!" Bantahnya

Tuh kan.

"Kliatan tau tadi lo tergesa gesa khawatir gitu kayak takut kehilangan Arshiya, kayak bocah sinting tau lo!" Nyablak banget orang ini kalo ngehujat gue.

Because AllahWhere stories live. Discover now