Khomsata wa 'Isyruuna ٢٥

5.6K 292 0
                                    

Agha

Baju antipeluru, sepatu, senjata, seluruhnya sudah siap kukenakan, tidak lupa— cincin. Ya, aku akan memberikan cincin emas putih yang kuletakkan ditempat berbentuk kotak kecil berwarna merah ini pada Arshiya jika aku bertemunya, aku akan melamarnya.

"Lo serius tuh, Gha?" Tanya Gnapti yang nongol dari belakangku dengan seragam tentaranya. Hari ini kami akan ke Palestina menjemput para sukarelawan disana.

Aku menggaruk tengkukku "iya, emang kenapa?" Tanyaku.

"Gapapa, semoga berhasil ya. Btw lu udah ditolak berapa kali?" Ledeknya yang membuatku bete.

"Hem... Berapa ya? Sekali deh kayaknya, apa dua kali? Gatau deng. Intinya kali ini gue gaboleh gagal!" Aku memasukkan cincin itu kedalam seragam bajuku agar aman disana.

"Semangat, Cuy!"

Kami para tentara bergegas masuk kedalam helikopter, sekiranya 3 helikopter dengan satu helikopter yang kosong diterjunkan untuk mengangkut warga Indonesia disana.

Arshiya

Aku tengah berjalan-jalan disekitar area rumah sakit, berhubung sedang waktu istirahat, kami memanfaatkan waktu tersebut sebaik mungkin. Terik matahari membuatku lelah dan aku memutuskan untuk duduk sebentar di bangku yang terletak di koridor rumah sakit, kebetulan ada seorang ibu disampingku.

Aku melihatnya menangis bersama selembar foto yang terus ia amati, tak peduli foto itu basah terkena air matanya. Karena penasaran, aku bertanya padanya.

Aku menyentuh bahunya"Ibu kenapa?" Tanyaku.

Ia menoleh padaku dan meredakan tangisnya lalu menghapusnya "ibu teringat dengan anak ibu" jawabnya.

"Siapa dia?" Tanyaku makin penasaran.

"Ini" sambil menyerahkan fotonya "namanya Maryam"

Foto itu terhempas dilantai karena terlepas dari genggamanku, aku tak percaya akan bertemu ibu nya disini.

Lagi-lagi aku bersedih "saya turut berduka atas meninggalnya Maryam ya bu, dia anak yang baik"

"APA?!?! kamu pikir, dia sudah mati?! Dia masih hidup dan tinggal di perumahan kami!" Omelnya hingga aku membuat jarak lebih jauh antara kami.

"Jadi, ibu belum tau? Ini memang sangat berat, dia meninggal karena saat evakuasi, jeep yang ditumpanginya meledak karena diserang. Dan ia mati ditempat" jelasku.

Ibu itu tampak sangat shocked dan tidak bisa berkata-kata lagi, tubuhnya melemas seakan-akan ingin pingsan.

"Dan ini" aku merogoh liontin yang pernah Maryam titipkan padaku "ia menitipkan ini pada saya untuk hadiah ulang tahun ibu, ia sangat sayang ibu" aku menyerahkan liontin itu dan beranjak pergi. Namu  ia menahanku.

"Terimakasih. Dia anak yang baim dan sangat saya sayangi, saya terpaksa harus menetap disini dan meninggalkannya, saya menyesal sekali" isakan tangisnya terus terdengar "dimana jenazahnya sekarang?" Tanyanya dengan suara parau.

Aku menautkan alisku bingung "loh, bukannya sudah diantarkan? Kemarin malam?"

"Mana ada, saya bagian kepengurusan jenazah dan tidak menemukan anak saya" jawabnya, kini ia nampak stres dan bingung.

"Ada yang tidak beres" gumamku. Aku mengedarkan pandanganku dan pas sekali aku melihat Habil yang tengah berjalan santai di depan RS.
Aku segera menyusulnya.

"Habil!" Sahutku. Aku mempercepat laju jalanku dan akhirnya sampai dihadapannya "kau bilang jenazah pada jeep saat itu akan segera ditangani, sampai sekarang mereka belum sampai disini, dimana mereka?" Tanyaku terburu-buru.

Because AllahWhere stories live. Discover now