٣٠

4.4K 231 4
                                    

Agha

Sudah 3 hari sejak Arshiya ditahan. Setiap kali aku ingin menjenguknya pasti ada saja halangannya. Entah di hari itu sudah batas maksimum penjengukan, atau ada urusan pekerjaan mendadak.

Hari ini aku menuju tempat Arshiya ditahan dengan membawa sebuah novel. Novel acak yang kuambil di sela rak buku di rumahku.

Sesampainya di sana. Aku sangat beruntung dan akhirnya aku bisa menjenguknya, kuharap dia tidak akan marah atas kedatanganku.

Arshiya

Sudah 3 hari aku berada di sel berukuran kecil ini, serasa seperti berada di sel dalam film Shawshank Redemption. Untungnya aku hanya sendiri, aku tidak akan khawatir di-bully oleh tahanan lain seperti di drama Elif.

"Arshiya, ada yang ingin menjengukmu". Seorang sipir berkata padaku sambil membuka gembok sel.

Ah palingan juga sodara ato ga kerabat mama.

Aku berjalan keluar dan duduk di sebuah kursi yang pandanganku antar penjenguk dibatasi oleh kaca yang terdapat lubang - lubang kecil agar suara kami terdengar satu sama lain.

Siapa yang ngejenguk? Kok kosong?

" Saudari Arshiya, maaf tempat anda bukan di situ" tegur sipir tadi sambil mencolekku.

Ia menggiringku ke sebuah tempat yang terdapat 2 kursi berhadapan yang dibatasi meja. Di sana aku melihat sosok yang 3 hari terakhir ini belum kulihat.

"Hai. Apa kabar?"  Kata pertama yang ia ucapkan. Aku hanya bergeming. Menimbang, apakah aku akan tersenyum atau tetap cuek.

Agha

"Hai?" 

Apa bener gue nanya ini ke dia? Tepatkah saatnya gua nanyain kabar dia padahal jelas - jelas dia lagi sulit, kesel, dan bahkan dia mungkin gondok ngeliat muka gue karena gue yang telat banget dateng.

Tapi, apa gue termasuk orang yang dia harapkan untuk ngejenguk dia?

Semoga iya.

Arshiya

Aku duduk berhadapan dengannya. Di sebelahnya ada novel dan perlahan ia mengeluarkan 2  highlighter dari saku celananya. Satu berwarna ungu dan satu berwarna hijau.

Mau ngapain sih dia? Gajelas

"Sekarang, gue mau ngobrol sama lo. Tapi tanpa suara. Instruksinya adalah lo harus stabiloin kata-kata yang ada di novel ini untuk jadi kalimat yang pengen lo sampein ke gue atau apapun itu, pokoknya kita ngobrol lewat novel dan highlighter ini". Agha menyodorkanku highlighter berwarna ungu dan hijau untuk diri dia sendiri.

Buatku ini sangat menarik, semburat senyumku yang samar - samar, mungkin sedikit terlihat olehnya. Kekesalan dan keraguanku sejenak hilang sejak ia mengatakan "Hai, apa kabar?" Ditambah teknik ngobrol konyol ini, rasanya ini menjadi benar - benar konyol.

Ia yang memulai percakapan dengan menandai kata maaf.

Selanjutnya aku menandai beberapa kata bahkan sampai aku membalik halaman lain karena tidak menemukan kata yang kubutuhkan

Sudahlah, maaf terus. Lupakan.

Ia sempat terlihat bingung, apakah aku mengatakan itu karena sudah melupakan atau karena marah dan pura - pura tidak peduli.

Gimana rasanya?

Biasa aja

Dusta banget pas gue ngomong biasa aja. Ini bener - bener beban dan gua gasuka di sini, kalau seandainya gua bebas pasti gue juga pasti malu banget, gue gatau udah sehancur apa harga diri gue di mata dunia. Malu sebesar apa yang udah ditanggung keluarga gue dan orang - orang yang gue kenal.

Because AllahWhere stories live. Discover now