13. Janji mereka

105K 14.4K 3.5K
                                    

Suara senandung ringan terdengar di dalam kamar megah itu, ada sepasang suami-istri yang sibuk dengan aktivitas masing-masing. Sang istri yang sibuk memakai skincare di meja rias dan sang suami yang baru keluar dari walk in closed.

" Kak." Panggil Rai melirik sekilas suaminya lalu kembali menatap pantulannya di cermin.

Gio menjawab dengan deheman singkat. Sifat lelaki itu masih saja dingin terkecuali untuk putri tercintanya. Berbeda jika bersama Rai, ia terkadang dingin sebab Gio mencintai Rai dengan caranya sendiri. Dingin namun menghanyutkan. Gio tidak bisa menjadi kebanyakan lelaki yang bucin. Jikapun Gio bucin, pasti sehabis dapat jatah saja.

Selesai dengan ritualnya, Rai segera beranjak menyusul suaminya ke ruangan kerja. Lelaki tersebut sibuk mengotak-atik laptop, mata tajam itu menatap fokus ke setiap kalimat yang berada dalam laptop.

Rai mah bodo amat, ia malah dengan santai duduk di pangkuan suaminya membuat fokus Gio hilang seketika.

" Sana dulu, gak liat apa lagi kerja." Gio berusaha mengusir dengan halus.

" Kerja mulu, kerja mulu, gak bosan apa bertatapan terus sama dokumen-dokumen kamu itu? Sekali-kali perhatiin aku juga dong." Omel Rai kesal. Masa ia lagi hamil tapi suaminya rada cuek terus.

" Ck, tadi kan aku udah habisin waktu sama kamu." Balas Gio jengkel.

Tadi mereka memang berduaan saja ke dokter kandungan untuk memeriksa kandungan Rai. Putri mereka tidak ikut sebab di culik oleh omanya, sekarang pun Stella tidak berada di rumah dan mungkin ia sedikit memberikan kedua orangtuanya waktu berduaan.

" Habisin waktu sama aku? Cuman tiga jam doang ya. Selesai temani aku periksa kandungan, kamu langsung cus ke kantor ya." Rai semakin emosi.

Sementara Gio tidak menggubris lagi, ia menahan pinggang istrinya dengan sebelah tangannya sedangkan tangan yang satu lagi kembali berkeliaran di atas keyboard laptop.

Nah, Rai punya ide. Ia memiringkan kepala mengganggu aktivitas suaminya membuat pandangan Gio kepada layar laptop menjadi terhalang. Gio memiringkan kepala agar kembali bisa menatap jelas tapi Rai ikutan kembali memiringkan kepala.

Senyum jahil wanita cantik tersebut terukir karena terdengar decakan kesal dari Gio. Tapi seketika meneguk ludah kasar lantaran Gio menatapnya tajam dari jarak sejengkal saja.

Tapi beberapa detik kemudian raut Rai kembali garang berusaha untuk tidak menye-menye walau hatinya ciut.
" Apa? Mau marahin aku? Mau bentak aku? Mau dorong aku?"

Rai tau Gio tidak akan melakukan apa yang ia bilang tadi sebab sekarang dirinya sedang mengandung. Bagus nak, kau belum lahir tapi sudah begitu berguna, janin yang pintar.

Grep.

Wanita tersebut memekik tertahan karena Gio memeluknya dan menggendong ala koala membuat ia refleks mengalungkan kedua tangan di leher sang suami. Perlahan Gio berjalan keluar dari ruang kerja setelah terlebih dahulu mematikan laptop. Sementara yang di gendong malah kesenangan dengan menyandarkan kepala pada bahu suaminya.

" Gini dong biar kelihatan harmonis gitu. Kalo kakak dingin kayak pernikahan tanpa cinta jadinya." Kata Rai.

" Apalagi aku kan lagi hamil, siapa tau kalo lahiran nanti aku udah gak_"

" Shut up." Potong Gio dengan menaikkan suaranya.

Pria tersebut meletakkan istrinya secara kasar ke atas kasur lalu memberikan tatapan paling mematikan membuat Rai bergetar. Kemudian Gio mencengkram pipi Rai sedikit kuat seraya mendekatkan wajah.

" Kalo Lo mati, gue bakalan ikut."

Deru nafas terdengar juga menerpa wajah Rai, ia bisa mencium aroma mint. Sekarang suasana semakin mencekam apalagi ketika Gio telah mengeluarkan Lo-Gue.

Gio melepaskan cengkeraman tangannya ketika mata sang istri mulai berkaca-kaca. Lelaki itu menyugar rambut ke belakang lantaran terlalu emosi. Ia hendak berbalik menuju ruangan kerja tapi tangannya terlebih dahulu di tahan oleh Rai.

" Aku gak bakalan ninggalin kamu sama Lea." Janji Rai.

Ia tidak menyangka akan seperti ini padahal ia hanya asal ceplos saja tadi. Ia lupa bahwa suaminya begitu sensitif mendengar kata tersebut. Lagian, ia juga tidak mau meninggalkan anak dan suaminya. Bahkan ia selalu berdoa kepada Tuhan untuk mencabut nyawanya sehari sebelum Tuhan mencabut nyawa suaminya.

Rai sekarang menangis.
Ia mendudukkan kepala dengan menyembunyikan wajah pada kedua telapak tangannya persis. Tiba-tiba ia kembali merasakan tubuhnya melayang dan akhirnya berpindah pada pangkuan sang suami.

Usapan lembut serta kecupan manis Gio justru membuat Rai semakin mengencangkan tangisan. Wajahnya ditangkup oleh Gio sehingga pandangan mereka berdua saling bertemu.

" Janji sama gue kalo Lo gak bakal ninggalin gue sama Lea." Pinta Gio sambil menyatukan kening mereka berdua.

" Janji." Balas Rai terisak.

Gio tersenyum tipis mendengar kalimat barusan. Ia memejamkan mata sekilas berusaha untuk menghilangkan segala pikiran buruk. Hal itu tidak akan terjadi sebab ketika melahirkan Lea dulu, Rai tidak mengalami koma atau segala macam yang membuat Gio trauma. Gio selalu meyakinkan hal tersebut.

Kemudian Gio kembali membuka mata dan menghapus air mata istrinya dengan lembut, setelah itu ia mendekatkan wajah untuk mencium kening Rai dengan penuh rasa cinta.

Kembali tubuh Rai dipeluk suaminya erat. Bermenit-menit mereka terdiam berpelukan hingga akhirnya terlepas. Kembali Rai menghapus air mata sementara Gio hanya menatapnya lekat.

" daddy aku dulu punya sahabat. Istrinya meninggal setelah melahirkan anak kedua mereka." Ucap Gio tiba-tiba.

Lalu kembali cowok tersebut melanjutkan. " Anak pertama mereka kembar dan istrinya berhasil melahirkan secara normal, tapi istrinya melahirkan untuk kedua kalinya namun ternyata meninggal dunia. So stop talking about things like that, honey. Gak ada yang bisa memprediksi Kematian."

Mata Rai mengerjap berkali-kali mendengar kalimat itu, memang hal seperti ini akan menjadi masalah utama pada setiap ibu hamil. Wajar saja ia risau.
" Kalo nanti aku mat_"

" GUE BILANG STOP NGOMONG GITU_"

" nggak, aku cuman mau_"

" Gak ada."

" Ihhh, dengerin dulu_"

" Tidur, tidur udah_"

" Kalo misalkan nanti waktu lahiran_"

" Gak tau gak tau_"

" Kakkkk, dengerin_"

" Tidur gue bilang_"

" Gak mau gak mau_"

" Melawan Lo sama gue_"

" Iya, wleee_"

" Akhhhh..." Rai memekik ketika Gio mengendus lehernya secara tiba-tiba bahkan menggigit kecil.

" Ampun, ampun." Tawa Rai semakin kencang, saking kencangnya sampai tidak sadar bahwa gaun tidurnya sudah melorot 😑

Ekhem.

Tawanya terhenti saat Gio kembali menatapnya lekat dengan tatapan ekhem. Pengen itu lho, apa namanya?

Gio mengecup bibir istrinya lembut dengan penuh perasaan kemudian menyeringai mengerikan membuat Rai panas dingin. Sok atuh mesra-mesraan, padahal tadi mewek-mewekkan.

Sedetik berlalu dan tubuh Rai sudah di jatuhkan ke atas tempat tidur dengan Gio yang berada di atasnya.

Udah woi, masih bocil Lo semua yang baca.

⚔️⚔️⚔️

To be continued.
Salam hangat author buat kalian semua⚔️

Jangan lupa jaga kesehatan.

Next 1M auto lanjut➡️




GIONATAN 2: Harta, Takhta, Stella. (Terbit)Where stories live. Discover now