Episode dua belas

323 31 0
                                    

"Kak Nia, coba lihat!" Mimi menyodorkan ponselnya ke hadapanku.

"Siapa dia?" Tanyaku acuh. Lalu kembali sibuk dengan kegiatanku. Mimi memperlihatkan wajah  seorang laki-laki dengan close up samping sedang  memberi pengarahan kepada puluhan orang di depannya.

"Ahmad Yahya, kak!" Jawab Mimi. Seakan aku mengenal nama yang disebutkannya tadi.

"Gak kenal!" Aku mengangkat bahu.

"Serius, kak? Kak Nia gak kenal sama Ahmad Yahya? Pengusaha muda yang cabang usahanya banyak itu?!" Mimi tak berkedip menatapku. Seakan penting sekali Aku kenal dengan nama yang disebutkannya tadi.

Mimi menepuk dahinya sendiri. "Ya Allah, kak Nia selama ini kemana aja, sih? Masa orang sekelas Ahmad Yahya aja gak tahu?!"

Aku memperhatikan lagi gambar dan judul dari berita itu lamat-lamat. Untuk kedua kalinya aku mengangkat bahu.

"Di negara kita kan, memang banyak pengusaha muda dan sukses, Mi!" Jawabku. "Lalu sepenting itu, kamu harus bereaksi saat kakak gak kenal sama yang namanya Ahmad Yahya?!" Aku mengeleng-gelengkan kepala. Terdengar Mimi menghembuskan napasnya kesal.

"Nih, ya, kak Nia dengar apa yang Mimi baca. Ahmad Yahya adalah pengusaha muslim yang sangat dermawan. Selain menjadi pengusaha yang sangat sukses dengan berbagai macam cabang usaha miliknya, Ahmad Yahya juga senang berdonasi untuk orang-orang yang membutuhkan. Hingga tulisan ini diturunkan, sudah tidak terhitung berapa banyak kaum papa, anak-anak putus sekolah, lansia yang menderita penyakit dan tidak sanggup berobat yang dibantu oleh yayasan BAROKAH yang dipimpin oleh Ahmad Yahya sendiri..."

Aku menatap Mimi, lalu mengambil ponsel Mimi secara paksa. Membaca berita yang dibacakan Mimi barusan.

"...yayasan kami dengan sukarela akan membantu orang-orang yang memang membutuhkan bantuan. Jika ada yang ingin dibantu, silakan kirimkan proposal ke alamat e-mail yang tertera di kolom berita ini..."

"Apa yang kak Nia pikirkan, sama nggak dengan yang Mimi pikirkan?" Mimi mengambil ponselnya lagi. "Kita bisa mengirim proposal untuk meminta bantuan kepada yayasan milik Ahmad Yahya untuk pak Hasan, kak!" Beritahu Mimi. "Pak Hasan sudah selayaknya dibantu, kak. Apalagi kondisi bapak dan anak itu sangat-sangat memprihatinkan sekali."

Apa yang dikatakan Mimi benar adanya. Menunggu bantuan dari pengurus masjid, belum bisa diprediksi kapan turunnya. Satu-satunya jalan adalah dengan mengirim proposal kepada Yayasan milik Ahmad Yahya.

00000

Dari : Rasyid_Rania02@blabla.com
Kepada : AY_barokah@ blabla.com
Subjek : meminta bantuan

___________________________________________________

Assalamualaikum wr.wb
Perkenalkan nama saya Rania Rasyid, salah satu warga Desa Maju jaya. Sehubungan dengan artikel yang saya baca di salah satu situs berita online; bahwa di tulisan pertanggal××/××, mengatakan kalau yayasan ini berbesar hati untuk membantu sesama muslim yang membutuhkan bantuan.

Melalui email ini, saya ingin yayasan Ahmad Yahya berkenan untuk membantu salah satu warga kami yang sangat membutuhkan bantuan. Mengingat warga kami ini tidak hanya terlihat tidak mapan secara materi, namun beliau juga menderita penyakit katarak dan anak bungsunya menderita hidrosefalus.

Sebagai bukti bahwa kondisi pak Hasan benar adanya,di sini saya akan mengirimkan foto-foto terbaru dari pak Hasan dan anak-anaknya.

Sungguh besar harapan saya dan keluarga pak Hasan, jika e-mail ini ditanggapi oleh Yayasan Ahmad Yahya. Semoga menjadi ladang amal untuk kita semua kerena sudah memberi kesempatan hidup lebih baik untuk pak Hasan beserta keluarga.

KITA ISTIMEWA DENGAN CARANYA MASING-MASING ( Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang