Episode lima belas

337 36 0
                                    

Tentu kalian masih ingatkan, sewaktu aku datang mengambil ponselku beberapa hari yang lalu, ada dua nomor yang menghubungiku waktu itu. Satu dari Yayasan AY, dan satu lagi dari dospemku, bu Hafsah.

Dan sekarang, di sinilah Aku. Bertemu janji dengan bu Hafsah. Di restoran soto padang.

Usai pertemuan dengan tim yayasan AY siang itu, ponselku berdering. Ternyata bu Hafsah menghubungiku lagi. Meski sedikit heran dengan sikap bu Hafsah yang ingin sekali bertemu denganku, tapi Aku menyetujui juga bertemu beliau. Dan restoran soto padang ini kembali menjadi tempat ke dua kami bertemu.

Aku menikmati asap putih yang menari-nari indah di atas mangkok soto milikku. Bu Hafsah sudah menuangkan saus, kecap dan sedikit cabe ke dalam mangkoknya, lalu mengaduk hingga kuah soto  yang semula bening berubah menjadi merah hampir kecoklatan.

"Ayo makan, Nia!" Serunya semangat. Senyum terukir dari wajahnya yang sudah menampakkan garis-garis halus di sekitar matanya. Namun, bu Hafsah tetap terlihat cantik. Apalagi saat tersenyum dan tertawa. Dua ginsul di kiri kanan semakin mempertajam kecantikan itu. Entahlah, aku yakin, masa muda bu Hafsah pasti banyak laki-laki yang menyukainya.

Kami makan dalam diam. Tak ada yang bicara. Hanya sekali-kali dospemku itu bertanya apakah aku ingin menambah sotonya lagi?. Tentu saja aku jawab tidak. Bahkan, saat di kasir, aku dan bu hafsah berebut untuk saling membayar, membuat si kasir kebingungan, karena setiap aku akan membayar, bu hafsah menahan tanganku. Begitu juga bu hafsah yang ingin membayar, aku juga menahan tangan beliau.

Perdebatan itu membuat si kasir nyeletuk dalam bahasa minang karena kesalnya dengan sikap kami yang tak saling mengalah.

"Bayia surang-surang se kalau baitu! (Bayar sendiri-sendiri saja kalau gitu!" Celetuknya geram. Mungkin si kasir tadi berpikir tidak ada yang mengerti dengan perkataannya. Termasuk aku. Ternyata bu Hafsah paham. Setelah mengalah, dan yang membayar soto adalah bu Hafsah--beliau ternyata keras kepala juga--barulah bu Hafsah menceritakan kepadaku apa yang diucapkan si kasir tadi.

Aku dan bu Hafsah tertawa. Dan sungguh aneh. Selama menjadi dospem, tidak pernah Aku melihat bu Hafsah sesantai ini kepadaku. Bahkan dulu, walau kutahu bu Hafsah dosen yang baik. Beliau tetap menjaga sikapnya di depanku.

Kami berjalan menyusuri pertokoan. Aku mulai berpikir kenapa bu Hafsah ingin bertemu denganku. Tapi, lidahku terlalu berat untuk bertanya. Akhirnya, aku hanya diam, sembari mendengarkan cerita bu hafsah saja. Biarlah, toh nanti pasti bu Hafsah mengatakan alasannya ingin bertemu denganku.

"Sekarang kamu lagi sibuk apa, Nia?" Tanya bu Hafsah, tatkala kami memutuskan duduk di salah bangku taman, yang terletak tak jauh dari pusat perbelanjaan. Taman itu sedikit jauh dari jalan, walau tetap saja hilir mudik kendaraan terlihat dari kejauhan. Bu hafsah memegangi betisnya yang sakit.

"Ibu gak pa-pa?" Tanyaku. Bu Hafsah menggeleng.

"Ibu sudah tua, Nia. Sakit kaki, sakit pinggang, adalah hal-hal yang wajar." Senyumnya. "Sudah lama juga ternyata Ibu tidak jalan-jalan kaki sejauh ini." Ceritanya. "Ohy, tadi kamu belum jawab pertanyaan Ibu. Kamu lagi sibuk apa sekarang, Nak?"

"Masih sibuk melamar pekerjaan, bu!" Getirku. Ah, ini sudah lima bulan lebih. Tapi tak satu pun lamaran pekerjaan itu nyangkut di email-ku.

"Gak pa-pa itu, Nia! Itu proses. Membuat kamu belajar bersabar!"

"Iya, bu! Bapak juga bilang begitu!" Gumamku.

"Bapak kamu pasti orang tua yang hebat!" Puji bu Hafsah. "Terakhir kita bertemu, kamu bilang tentang tim DONAT kamu itu. Masih?!"

Aku mengangguk. "Masih, bu!" Jawabku. Lalu tanpa diminta, mengalirlah ceritaku tentang pak Hasan. Bagaimana aku dan tim DONAT mendapatkan bantuan untuk pak Hasan dan keluarga dari Yayasan AY. Sekali lagi aku heran, kenapa begitu lancarnya aku bicara dengan bu Hafsah? Terlebih tentang kegiatanku sekarang. Bu Hafsah sangat menikmati ceritaku. Sesekali beliau juga memberikan nasihat.

KITA ISTIMEWA DENGAN CARANYA MASING-MASING ( Selesai)Where stories live. Discover now