Empat

4.1K 465 7
                                    

Budayakan vote sebelum baca-!Semoga kalian dapat pencerahan untuk vote karya penulis ygy

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Budayakan vote sebelum baca-!
Semoga kalian dapat pencerahan untuk vote karya penulis ygy

⏱️⏱️⏱️

Aleth menghempaskan tangan Spincer, memilih mendekati laki-laki bermata merah darah itu, menatapnya kagum dan penasaran, apakah itu soflens seperti di dunianya atau memang bola mata asli bangsa sini.

"Ini soflens ya?" Tanya Aleth semakin mendekatkan tangannya ke mata laki-laki itu.

"Soflens?" Kini Leonard yang bertanya.

"Iya lensa mata yang berwarna-warni dan sangat merepotkan. Eh ... Coba buka sonflens lo! Sini nggak atau gue congkel paksa?"

"Ini bukan sofelen yang kau maksud, ini asli bola mataku."

Aleth menjauhkan tangan yang hampir mencongkel bola mata laki-laki itu dengan kukunya. Kini matanya menatap tangan yang terulur meminta salaman. Sebagai seorang gadis yang baik tentu dengan sepenuh hati ia membalas uluran itu.

"Leonard Armod."

"Sifat lo lembut banget sih nggak kayak si onoh." Aleth sengaja menyindir Spincer lewat tatapan mata.

Leonard terkekeh geli, baru pertama kali ada seorang gadis yang terang-terangan memaki sahabatnya di depan orangnya sendiri. Melihat Spincer mengepalkan tangannya kuat, Leonard memutar tubuh Aleth lalu menunjuk sahabatnya itu.

"Liat! Kau harusnya jangan membandingkan dia dan aku. Agra cepat darah tinggi harusnya kau lebih mengecilkan suara lembutmu kalau mau mengata-ngatainya."

"Bay the way lo juga naga? Ngapa disini naga semua njir? Nggak ada manusia cantik kek gue gitu?"

Kening pemuda undercut hitam tersebut mengkerut, begitupun Spincer juga ikut bingung mendengar ucapan Aleth begitu cepat tanpa adanya jeda.

"Bahasa apa itu?" Tanya Leonard.

"Ha? Lo nggak ngerti bahasa gue?" Tanya Aleth mendapati anggukan dari lawan bicaranya.

Berdecak malas, melirik tak suka. Ia akan membuktikan jika kaum manusia tidaklah bodoh seperti perkataan Spincer.

"Waktu itu ada yang bilang kalau manusia itu bodoh, ternyata species lo lebih bodoh."

"Maksud mu aku bodoh?" Leonard menunjuk dirinya sendiri.

Aleth menaikkan bahunya acuh tak acuh. "Ya kalau lo ngerasa sih mungkin aja."

Aleth menaikkan alis sedangkan Leonard menggaruk kepalanya sendiri. Sesekali ia mendapati laki-laki itu melirik Spincer yang masih dengan wajah dingin.

"Leo, kalau gue ikut lo aja gimana? Tenang-tenang gue bisa masak kok meskipun keasinan. Tapi beneran kok gue bisa masak, masak kare, soto, sambal matah, semuanya lengkap ada di Indomie seleraku."

Dunia Berbeda (END✅) [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang