Sembilan

3.3K 380 3
                                    

Cukup kasih vote, aku udah ngenilai kamu bisa mengapresiasi seorang penulis, baik itu tulisannya udah rapi ataupun masih acak-acakan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Cukup kasih vote, aku udah ngenilai kamu bisa mengapresiasi seorang penulis, baik itu tulisannya udah rapi ataupun masih acak-acakan.

Kenapa aku bilang gitu, simpel. Pancasila sila ke 2 dan 5.

⏱️⏱️⏱️

Rasanya tubuh yang ia miliki mendadak kaku. Mata gadis itu bergerak gelisah. Cukup ia dimanfaatkan sebagai tempat contekan dan pansos di SMA nya selebihnya jangan.

Aleth menarik gaunnya agar sedikit bisa bebas, mundur secara teratur berniat kabur namun gadis itu benar-benar lupa keistimewaan yang Spincer miliki.

Set....

Langkahnya terus mundur sembari memperhatikan Spincer yang turun dari kuda hitamnya.

Slash...

Aleth melirik takut-takut ke arah pedang panjang tepat di lehernya menyentuh dagu. Aleth memaki Spincer dalam hati, ia tidak peduli laki-laki itu bisa membaca pikirannya apa tidak.

Kepala Aleth semakin mundur hingga terbentur dada bidang laki-laki tegap itu. Kedua tangannya berusaha menarik tangan Spincer agar menjauhkan pedang di depan yang siap-siap menikamnya. Dilihat dari luarnya saja sangat mengkilap pasti dengan gampang Aleth dapat berpindah alam lagi, lebih tepatnya padang mahsyar.

"Kenapa kau terus menerus merepotkan ku, tikus kecil?!"

Aleth tidak mendengarkan ucapan Spincer, nafasnya terus memburu kewalahan mengalahkan tenaga Spincer.

Mata Aleth memejam erat ketika pedang panjang yang ia tak tahu berapa meter itu menempel pada lehernya. Terasa dingin sekaligus perih.

"Pangeran, maafkan temanku, aku mohon!" Teriak Aravella sembari menyatukan tangannya meminta ampun.

"Diem lo, Vel!!! Gausah mohon-mohon ke manusia," ucap Aleth melupakan Spincer adalah manusia jadi-jadian.

Spincer menatap tajam ke gadis yang masih menentangnya padahal sekali tebas, maka akan berpindah alam.

Spincer tertawa meremehkan Aleth.

"Masih mau menantang ku?"

Aleth terus menerus berusaha menjauhkan tangan Spincer.

"Gue nggak takut!!! Kalau mau bunuh ya bunuh aja, ogah banget gue bantu lo."

Aleth yang tadinya berusaha menjauhkan Pedang dari lehernya, sekarang ia sendiri yang menekannya. Aleth memejamkan matanya erat merasakan perih, keringat dingin sekaligus air matanya yang menerobos keluar karena sakitnya yang luar biasa.

"Gadis bodoh!"

Spincer menjauhkan pedangnya, meminta selembar kain ke pedagang. Tidak butuh waktu lama, laki-laki itu mengikatnya di leher Aleth.

Dunia Berbeda (END✅) [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang