PVSA - 15

170 12 0
                                    

Rayna melihat foto pernikahannya dengan Ferdad. Dia memperhatikan cincin di jari manis yang ada di foto dan cincin yang ada di jari manisnya.

"Sepertinya ada yang berbeda." Rayna melepaskan cincinnya dan melihatnya lebih detail lagi. Ada sesuatu di dalam berliannya. Rayna mengambil batu dan menghancurkannya.

Begitu terkejutnya Rayna saat mengetahui kalau benda janggal di dalam berlian itu adalah alat pelacak. Rayna menghancurkannya dengan batu tersebut.

Sementara itu di kantor polisi, Gunawan yang sudah kembali bekerja terkejut saat melihat titik merah Rayna menghilang. Dia segera menemui Ferdad.

"Pak Ferdad, lokasi Rayna menghilang. Mungkin dia menemukan alat pelacak di cincinnya lalu dia menghancurkannya. Apa mungkin dia sudah mengetahuinya?" Gunawan tampak khawatir.

Ferdad terkejut mendengar itu. Dia segera menelepon Rayna.

Ponsel Rayna berdering. Perempuan itu melihat nama Ferdad di layar ponselnya. Dia tidak ingin mengangkat panggilan dari suaminya itu.

"Jadi, kau yang memasang alat pelacak itu? Tapi, kenapa?" Gumam Rayna.

"Tidak diangkat," kata Ferdad. Dia segera bangkit dan menyambar jaket. "Aku harus memastikannya."

"Pak, aku ikut." Arghi menghampirinya.

Ferdad mengangguk. Mereka berdua pun segera pergi ke rumah Ferdad. Dalam perjalanan, Ferdad tampak khawatir.

"Kau bawa pistol?" Tanya Ferdad.

"Iya, Pak," jawab Arghi.

"Peluru cadangan?" Tanya Ferdad lagi.

"Aku juga membawanya," jawab Arghi.

"Jika dia sudah ingat semuanya, kita bisa berada dalam bahaya. Kau harus berwaspada," ucap Ferdad.

"Baik, Pak."

Sesampainya di rumah Ferdad, mereka saling pandang dan mengeluarkan pistol. Ferdad membuka pintu dan masuk. Tidak ada siapa-siapa di ruang tamu. Arghi melihat foto pernikahan Ferdad dan Rayna.

"Kau sudah pulang?"

Kedua pria itu terkejut dan menodongkan senjata ke sumber suara. Ternyata Rayna. Dia tekejut karena Ferdad dan Arghi membawa pistol.

"Oh, maaf." Arghi segera menyembunyikan pistolnya, begitupun dengan Ferdad.

Rayna melihat pada Ferdad dan Arghi bergantian kemudian tersenyum. "Kalian lapar? Aku sudah memasak."

Ferdad dan Arghi melihat banyak sekali hidangan di meja. Rayna melihat kedua pria itu tidak menyentuh makanannya. Dia pun mengambil duluan.

"Aku tidak mungkin memasukkan racun ke dalam makanan ini," kata Rayna.

Arghi segera menyanggah ucapan Rayna, "Bu-bukan begitu, Rayna... kami baru saja makan malam bersama."

Sementara alasan Ferdad tidak memakan masakan Rayna karena dia tahu rasanya seperti apa.

Namun karena lapar, mereka pun menyantap makanan tersebut, setelah melihat Rayna memakannya duluan.

Melihat kedua pria yang kelaparan, Rayna tahu Arghi berbohong. Mana mungkin mereka menyantap semua hidangannya jika mereka sudah makan malam sebelumnya.

Selesai makan, Rayna dan Arghi berbincang, sementara Ferdad pergi mandi.

"Ya, belakangan ini kami dituntut oleh pekerjaan. Aku sudah 1 minggu berada di kantor. Orangtuaku terus menelepon dan menanyakan keberadaanku," ucap Arghi.

Rayna tersenyum. "Aku tahu kalian hebat. Kalian pasti bisa melakukan tugas kalian sampai akhir."

"Semoga saja." Arghi tersenyum kaku.

"Jika Ferdad melupakan makan siang, aku harap kau mengingatkannya. Ajak dia makan," kata Rayna.

"Oh, tentu."

"Kalian berteman baik?" Tanya Rayna.

"Dulu kami juniornya Pak Ferdad, sebelum Pak Ferdad naik pangkat," jawab Arghi.

"Dia orangnya seperti apa?" Tanya Rayna penasaran.

Arghi terkekeh sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal. "Aku tidak enak menceritakannya."

Rayna berbisik. "Katakan saja."

"Pak Ferdad adalah orang yang galak, apalagi kalau sedang marah. Dia pernah menjitak kepalaku," bisik Arghi.

"Hanya itu? Apa dia dekat dengan perempuan di tempat kerjanya?" Tanya Rayna dengan polosnya.

Arghi menggeleng. "Dia sangat dingin dan tidak ada perempuan yang mau mendekatinya."

Rayna tampak berpikir. Sementara Ferdad berdiri di dekat pintu dan mendengar percakapan mereka. Dia memutar bola matanya.

☆★☆

07.58 | 20 April 2021
By Ucu Irna Marhamah

POLICE VS ASSASSINWhere stories live. Discover now