PVSA - 28

146 11 0
                                    

Ferdad keluar dari ruangannya. Dia terkejut melihat Rayna sedang berbicara dengan Arghi dan Gunawan. "Rayna?"

Mereka bertiga menoleh pada Ferdad. Rayna melambaikan tangannya sambil tersenyum manis. "Hai."

"Kau di sini?" Ferdad menghampiri mereka bertiga dan menatap Rayna.

"Maaf mengganggu, aku hanya ingin membagikan ini untuk kalian." Rayna memberikan kotak kue kering pada Ferdad. "Tolong bagikan, ya. Aku harus pulang."

Ferdad menerimanya. Sementara Rayna pergi. Arghi mengantarnya sampai ke depan.

"Oh, kelihatannya enak." Tatapan Gunawan tertuju pada kue di tangan Ferdad.

"Ini untuk istirahat nanti," ujar Ferdad.

Arghi kembali. Dia dan Gunawan menjelaskan apa yang terjadi pada Ferdad.

"Jadi, mereka mempermainkan kita lagi untuk kesekian kalinya." Ferdad tampak kesal.

"Apa rencana kita selanjutnya, Pak?" Tanya Gunawan.

"Aku tidak mengira misi ini tidak semudah yang aku bayangkan. Kita bahkan tidak tahu lokasi mereka di mana," ucap Ferdad. "Penyerangan kita sebelumnya membuat mereka belajar dan bersembunyi dengan lebih baik," ucap Ferdad.

"Apa Pak Septiawan tidak memberikan perintah? Lalu apa yang harus kita lakukan dengan Rayna? Bukankah dia yang memberikan Pak Ferdad ide untuk menjadikan Rayna sebagai istrimu?" Tanya Gunawan.

"Jangan bahas Rayna. Dia tidak berbahaya jika dia masih di tanganku," ucap Ferdad dengan nada ketus.

Arghi dan Gunawan saling pandang.

"Jangan-jangan Pak Ferdad mulai menyukainya," goda Gunawan.

Ferdad mendelik sinis pada Gunawan.

"Bisa jadi, mereka tinggal satu rumah. Mungkin mereka pernah melakukannya semalaman," ujar Arghi.

Ferdad menjitak kepala kedua orang itu. "Aku tidak pernah melakukannya! Tanya saja pada Rayna kalau tidak percaya."

Kedua pria itu meringis sambil memegangi kepala. "Pak Ferdad tidak peka. Tadi Rayna bilang ingin punya anak."

Mendengar hal tersebut, Ferdad terdiam untuk sesaat. Dia menatap tak percaya pada kedua juniornya itu. "Memangnya dia bilang seperti itu?"

"Pak Ferdad benar-benar tidak peka." Arghi menggeleng-gelengkan kepalanya seolah menyayangkan sikap atasannya itu.

Ferdad menjitak kepala Arghi untuk kedua kalinya. "Dia bukan istriku, aku tidak bisa melakukannya sembarangan."

"Tadi dia mengucapkan selamat padaku karena sebentar lagi akan menjadi seorang ayah," kata Gunawan dengan bangganya.

Ferdad memutar bola matanya.

Setelah jam menunjukkan waktunya istirahat, mereka pun makan siang di halaman belakang kantor polisi.

Ferdad membagikan kue kering buatan Rayna pada rekan-rekannya. Mereka tampak menyukainya.

"Wah, ini lezat sekali, terima kasih, Pak."

"Terima kasih, Pak."

"Aku suka, rasanya pas, tidak terlalu manis dan tidak hambar."

Ferdad memberikan Gunawan lebih banyak kue bahkan dengan kotaknya. "Berikan ini pada pacarmu, dia  pasti menyukainya. Wanita hamil membutuhkan cemilan manis, kan?"

Gunawan menerimanya. "Terima kasih, Pak."

Setelah jam menunjukkan pukul 11 malam, Ferdad pulang ke apartemen. Seperti biasa dia menyetop taksi. Di dalam perjalanan, Ferdad tampak tertekan. Dia ingin mengundurkan diri dari misi berat ini. Dia bahkan ingin mengundurkan diri dari pekerjaannya sebagai polisi. Tapi, setelah dipikir-pikir, apa yang akan dia lakukan pada Rayna, jika dia keluar dari kepolisian?

Septiawan pasti akan mengambil Rayna darinya dan tentunya Septiawan akan memanfaatkan Rayna untuk kepentingan dirinya sendiri. Ferdad tidak ingin itu terjadi. Entah kenapa dia merasa harus melindungi Rayna, meskipun dia tahu Rayna bukan seseorang yang perlu dilindungi langsung olehnya.

☆★☆

17.31 | 21 April 2021
By Ucu Irna Marhamah

POLICE VS ASSASSINWhere stories live. Discover now