PVSA - 21

162 14 2
                                    

Gunawan dan Bayu sedang bertugas malam itu. Mereka mengawasi CCTV yang terpasang di setiap sudut kota. Keduanya tampak mengantuk. Mereka bekerja dengan mata berat dan sesekali tersungkur ketiduran lalu bangun lagi, ketiduran lagi, bangun lagi, begitulah seterusnya.

Ferdad juga sedang berada di ruangannya. Dia sedang melakukan panggilan video dengan Rayna. Tampaknya Rayna sedang memasak.

"Jangan lupa matikan kompornya setelah selesai memasak," ucap Ferdad.

"Siap, Pak." Rayna memberikan hormat.

Ferdad tersenyum kecil.

Tiba-tiba pendeteksi berbunyi. Bayu dan Gunawan melihat ke layar. Seseorang yang mirip dengan identitas buronan memasuki supermarket. Ferdad juga mendengarnya.

"Aku pergi dulu, ya. Ada yang harus aku kerjakan," ucap Ferdad.

Rayna tersenyum sembari mengangguk.

Ferdad keluar dari ruangannya dan menghampiri Bayu dan Gunawan. Dia melihat ke komputer.

"Brandon, dia buronan kita yang bernama Brandon," kata Gunawan.

Ferdad menepuk bahu kedua pria itu. "Ayo, pergi!"

Sementara itu, Brandon menyodorkan rokok dan kue kering ke kasir.

Kasirnya menawarkan produk yang sedang ada diskonnya, "Pulsanya tidak sekalian? Shampo hijabnya sedang diskon, susu botolnya juga beli 2 gratis 1."

Brandon menggeleng. "Tidak."

"Rotinya 10.000 dapat tiga, mie instan...."

"Tidak, bungkus saja yang aku beli," potong Brandon sambil memberikan uang satu lembar berwarna biru.

"Kembaliannya, Tuan." Kasir memberikan uang kembalian.

Brandon menerimanya kemudian segera pergi. Saat menyeberang, dia bertabrakan dengan seorang pria berjaket.

"Maafkan aku," pria berjaket itu meminta maaf, ternyata dia Bayu yang menyamar.

Brandon menatap tajam pada Bayu. "Lain kali hati-hati."

"Sekali lagi maafkan aku." Bayu tersenyum santun.

Brandon mengabaikannya kemudian pergi ke rumah yang dia sewa. Tanpa dia sadari, Gunawan mengikutinya. Dia memasang kamera kecil di tempat-tempat tersembunyi di sekitar rumah sewa tempat tinggal Brandon.

Setelah itu, Gunawan dan Bayu kembali ke mobil. Ada Ferdad di dalam mobil tersebut. "Kalian sudah mengurusnya?"

Bayu dan Gunawan mengangguk berbarengan. Ferdad melihat pipa air yang menempel di dinding rumah sewa Brandon itu. Dia keluar dari mobil.

"Pak Ferdad," panggil Bayu.

"Aku akan segera kembali." Ferdad melihat ada pipa sambungan di atas. Dia naik ke benteng dengan melompat.

Gunawan dan Bayu yang melihat itu tampak cemas. Mereka takut Brandon tiba-tiba keluar dari rumah dan memergoki Ferdad sedang menyabotase pipa air.

Ferdad membuka sambungan pipa tersebut. Air keluar dan membasahi pakaiannya. Ferdad segera memasukkan kain ke dalamnya agar airnya tertahan alias mampet.

Setelah dirasa cukup, Ferdad akan turun dari benteng, tapi dia terpeleset gara-gara air tadi.

Brandon yang sedang makan kue kering terkejut mendengar suara dari luar. Dia segera keluar dari rumahnya dan memeriksa ke sekeliling, tapi tidak ada siapa pun di sana. Brandon sempat menoleh ke arah mobil Ferdad di mana di dalam mobil tersebut ada Gunawan dan Bayi yang bersembunyi dengan cara berjongkok.

Brandon kembali masuk ke rumah tersebut. Sementara Ferdad menahan napas berbaring di genting. Dia baru bisa menghela napas lega setelah mendengar pintu ditutup.

Sesampainya di kantor polisi, Gunawan segera mengunduh kamera tersembunyi yang sudah dia pasang dengan komputernya. Sekarang polisi bisa memonitor aktivitas Brandon. Dengan begitu, mereka bisa menemukan teman-teman Brandon termasuk Mark, si pemimpin.

"Semoga kali ini kita bisa menangkap mereka."

☆★☆

☆★☆

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

19

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

19.18 | 20 April 2021
By Ucu Irna Marhamah

POLICE VS ASSASSINWhere stories live. Discover now