PVSA - 31 - Clash

161 11 0
                                    

Pagi yang cerah di kantor polisi. Semuanya sibuk dengan pekerjaan masing-masing. Ada pengantar paket yang datang. Gunawan yang menerimanya. Tertera nama Ferdad sebagai penerima. Gunawan mengetuk pintu ruangan Ferdad untuk memberikan paket tersebut.

"Masuk," kata Ferdad dari dalam ruangan.

Gunawan pun masuk dan memberikan paket tersebut pada Ferdad. "Ada paket, Pak."

"Paket? Aku tidak memesan barang dari Online Shop," ujar Ferdad sambil menerimanya. Sebuah paket berbentuk kotak yang berukuran sedang. Tidak ada nama pengirimnya.

"Oh, ya, Pak. Tasya sangat menyukai kue kering buatan Rayna," kata Gunawan.

"Benarkah? Baguslah. Jika Rayna membuatnya lagi, aku akan membaginya untuk Tasya," kata Ferdad.

Gunawan melihat leher Ferdad. Ada bekas cakaran di sana. Merasa diperhatikan, Ferdad menoleh pada Gunawan.

"Ada lagi yang ingin kau sampaikan?" Tanya Ferdad.

Gunawan menunjuk lehernya sendiri. Ferdad memegang lehernya. Dia tentunya ingat bekas cakaran itu adalah perbuatan Rayna.

"Pak Ferdad tidak bermain kasar, kan? Akhirnya hasrat Pak Ferdad tuntas juga," goda Gunawan.

Ferdad tidak menjawab. Gunawan duduk berhadapan dengan Ferdad. "Pak Ferdad serius menyentuhnya?"

Ferdad menganggukkan kepalanya.

Gunawan menutup mulutnya karena tidak mengira pada akhirnya Ferdad melakukannya juga. "Oh, aku tidak mengira Pak Ferdad sama brengseknya sepertiku."

"Aku menyesal," kata Ferdad pelan.

"Kenapa?" Tanya Gunawan.

"Dia masih gadis," jawab Ferdad. "Dia pertama kali melakukannya. Aku menyesal telah merusaknya."

Gunawan melongo. "Lalu... dia mencurigai Pak Ferdad?"

** Flashback **

Perlahan Ferdad membuka matanya. Pria itu menatap Rayna yang masih terlelap dalam pelukannya. Ferdad ingat semalam Rayna meringis tertahan saat dirinya berpenetrasi.

Ferdad segera melihat sprei. Benar saja ada bercak darah di sprei. Ferdad panik. Dia sudah menyetubuhi seorang gadis.

Pria itu melepaskan sprei dan mengangkat tubuh Rayna tanpa memindahkannya kemudian menggantinya dengan yang baru. Dia membawa sprei tersebut ke kamar mandi kemudian mencucinya.

** End Flashback **

Gunawan tampak serius mendengarkan cerita Ferdad. "Aku rasa Pak Ferdad tidak salah. Bukankah Rayna mengizinkan pak Ferdad untuk menyentuhnya?"

Ferdad menggeleng. "Dia mengizinkanku karena yang dia tahu, aku adalah suaminya."

Gunawan mengerti maksud Ferdad.

Siang harinya, Septiawan datang ke kantor polisi untuk menemui Ferdad. "Kau masih belum bisa menangkap mereka?"

"Aku akan mengundurkan diri dari misi ini," kata Ferdad mantap.

Mendengar itu, Septiawan sangat terkejut. "Apa kau bilang? Kau tidak bisa mundur."

"Ada banyak polisi yang lebih baik dariku. Mereka bisa menangkap para penjahat itu dengan mudah," kata Ferdad.

Septiawan menatap Ferdad dengan tajam. "Baiklah, kau bisa mundur dari misi ini. Tapi, kembalikan Gynevra padaku. Aku akan menggunakannya untuk memancing Mark dan yang lainnya."

Ferdad sangat kesal mendengar itu. Emosinya memuncak, bagaimana bisa Rayna diambil begitu saja oleh Septiawan.

"Kenapa? Kau tidak mau memberikan Nevra padaku? Jangan-jangan kau mulai menyukainya. Tidak seharusnya kau mencintai buronanmu sendiri, Ferdad. Ya, kuakui gadis itu memang cantik, tapi yang bisa kau dapatkan lebih dari itu," kata Septiawan sambil tertawa mengejek.

Ferdad mengernyitkan dahinya.

"Kau bisa naik jabatan dan bebas memilih istri baru yang lebih cantik darinya atau mendiang istrimu. Kau...."

"Bapak sudah keterlaluan," potong Ferdad.

Septiawan melipat kedua tangannya di depan dada.

"Baik, aku akan menangkap mereka, tapi aku mohon jangan sentuh Nevra," kata Ferdad.

Septiawan tersenyum sambil menepuk bahu Ferdad. "Terserah, lakukan yang terbaik."

☆★☆

22.19 | 21 April 2021
By Ucu Irna Marhamah

POLICE VS ASSASSINWo Geschichten leben. Entdecke jetzt