PVSA - 46

143 11 0
                                    

Malam ini, Nevra bertemu lagi dengan Zack, James, Brandon, dan Aquene. Mereka semua sedang berada di atap gedung yang terbuka.

"Aku senang melihatmu lagi," kata James yang sedang memanggang barbeque.

"Awalnya aku merasa khawatir melihatmu seakan-akan berada di pihak mereka," kata Zack menambahkan.

Nevra tersenyum melihat teman lamanya yang terlihat kompak memasak itu. Dia merasa kembali ke rumah, tapi ada sesuatu yang mengganjal dalam hatinya, entah apa.

"Nevra." Aquene memberikan gelas anggur pada Nevra.

"Terima kasih," kata Nevra kedua perempuan itu bersulang dan meminumnya.

"Suamimu pasti sudah pulang. Apa dia tidak akan mencarimu?" Tanya Mark.

"Aku akan menikmati makan malam dengan kalian. Dia pasti masih di kantor polisi. Kudengar mereka sedang merencanakan penangkapan terhadap kalian," jawab Nevra.

James dan Zack saling pandang.

"Karena kekalahan kepolisian melawan kalian waktu itu, aku yakin mereka memperkuat pasukan mereka." Nevra tampak khawatir.

James memberikan sepiring barbeque yang sudah matang pada Nevra. "Kau tidak perlu khawatir. Kami juga belajar dari kesalahan sebelumnya. Mereka tidak akan bisa menangkap kita."

Nevra menganggukkan kepalanya. "Aku percaya pada kalian."

Sementara itu, Ferdad pulang ke apartemennya. Dia mendapati Nevra duduk di dekat jendela dengan pistol di tangannya.

"Rayna."

Nevra mendongkak menatap Ferdad. Pria itu melihat ekspresi Nevra yang berbeda dari biasanya.

"Kenapa kau memanggilku dengan nama orang yang sudah meninggal? Tidakkah kau memikirkan perasaannya yang sudah tenang di Surga?" Pertanyaan Nevra membuat Ferdad yakin jika perempuan itu sudah ingat siapa dirinya.

Ferdad tidak menjawab.

"Kau melibatkanku ke dalam permainan caturmu. Apa kau tahu, kenapa dalam permainan catur hanya ada Raja, tapi tidak ada Ratu?" Nevra menodongkan pistolnya ke arah Ferdad.

Dor!

Ferdad menyentuh dadanya yang terkena tembakan. Darah segar mengalir membasahi tanganya.

"Karena wanita tidak layak di permainkan," ucap Nevra kemudian melompat dari jendela.

"Gynevra!" Ferdad melihat ke jendela, tapi perempuan itu sudah menghilang.

Ferdad melepaskan pin kepolisian dari dadanya yang berlubang karena tembakan barusan. Ternyata peluru Nevra sempat melesat melewati pin tersebut sehingga pelurunya tidak menembus terlalu dalam apalagi mengenai jantung.

Ferdad membuka seragamnya dan mengeluarkan peluru tersebut dari dadanya dengan menggunakan pisau bedah. "Arrgghh!"

Pelurunya jatuh ke lantai.

Hari itu juga Ferdad memerintahkan pengepungan terhadap pabrik kertas terbengkalai tempat persembunyian Mark dan teman-temannya.

"Apa kita juga akan menangkap Nevra?" Tanya Arghi sambil menatap Ferdad.

"Kita tangkap mereka semua," jawab Ferdad.

Tanpa memberi peringatan, para polisi masuk ke gedung tersebut. Mereka semua berpencar dalam tim. Setiap tim berisi 12 orang.

Sementara Marla dan beberapa polisi lainnya bersiaga di luar gedung. Kali ini mereka membawa perisai polisi dan berbalut rompi anti peluru.

Gunawan dan timnya berjalan menuju pintu yang terkunci dengan sandi. "Ada pintu yang dikunci menggunakan sandi. Apa ini tempat rahasia mereka?"

Saat Gunawan mencoba meretas sandinya, tiba-tiba terdengar suara tembakan. Mereka mendapatkan serangan mendadak dan James dan Zack. Selain mereka, Brandon juga muncul tiba-tiba dan berhasil menyandera Gunawan.

Karena ketua tim mereka di sandera, para polisi pun angkat tangan.

Salah seorang polisi berbicara lewat alat komunikasi di telinganya. "Pak Ferdad, Senior Gunawan disandera."

Ferdad yang sedang menyusuri lorong gedung tampak kaget. Langkahnya terhenti. "Mundur! Kalian harus mundur sementara! Mereka pasti akan membunuh Gunawan jika kalian tidak menurut!"

☆★☆

08.59 | 22 April 2021
By Ucu Irna Marhamah

POLICE VS ASSASSINWhere stories live. Discover now