PVSA - 51

142 13 0
                                    

Dua rompi anti peluru mengambang di lautan. Gunawan menghela napas lega. Arghi menjitak kepala Gunawan. "Rencanamu berjalan lancar, tapi Pak Ferdad hilang kemana?"

Sebenarnya apa yang terjadi?

** Flashback **

Jika nanti kami mengepungmu, aku tidak bisa menembakmu," kata Gunawan.

Nevra mengusap rambut Gunawan. "Kau harus menembakku."

"Kalau begitu, ambil rompi peluru ini," kata Gunawan.

Mark dan Brandon melihat kedua orang yang sedang berbicara dan merencanakan sebuah strategi.

Nevra mengenakan rompi anti peluru milik Gunawan di balik sweater kebesarannya.

"Dengar, Septiawan pasti akan segera melacakku jika kau memberikan anting ini padanya. Dia akan melakukan berbagai cara untuk mendapatkan jabatan tinggi. Kau bisa memanfaatkan ambisinya dengan meminta agar jabatanmu juga naik menggantikan Ferdad. Dia pasti akan menurutimu. Saat dia memerintahkan penangkapan terhadapku di tempat ini, kau datang bersama Arghi dan yang lainnya. Yang terpenting, jangan libatkan Ferdad," jelas Nevra.

Gunawan mendengarkan dengan baik.

Mark melihat kekhawatiran di mata Nevra. Perempuan itu mengkhawatirkan Ferdad. Tampak jelas jika Nevra sudah tidak mencintainya lagi. Cinta Nevra hanya untuk Ferdad.

"Jika Septiawan ingin naik jabatan, dia pasti tidak akan melibatkan banyak orang apalagi Senior Ferdad," ucap Gunawan. "Tapi, kenapa aku harus menggantikan posisi Senior Ferdad."

"Jika kau menduduki posisi Ferdad, hakmu di kantor polisi lebih luas," gerutu Nevra.

"Iya juga, ya." Gunawan berpikir dia bisa menjitak kepala Ferdad mulai sekarang.

Nevra menoleh pada Brandon. "Kau mau sesuatu?"

Brandon menggeleng lemah. "Apa yang bisa aku dapatkan? Meskipun para bangsat itu mati, aku tidak akan mendapatkan kembali keluargaku."

Nevra menunjukkan sebuah Flashdisk. "Di sini buktinya. Mereka akan hancur bersama. Hukum akan mengadili mereka."

Brandon terlihat sedih. "Nevra, kau mengumpulkan data-data ini untuk keluargaku?"

Nevra tersenyum. "Hanya ini yang kubisa untuk mengobati dendam di hatimu pada negaramu ini, Brandon."

Gunawan menerima flashdisk tersebut dari Nevra. "Apa isinya?"

"Kau akan mengetahuinya nanti. Sekarang cepat hubungi Septiawan," kata Nevra.

Dengan ponselnya, Gunawan menghubungi Septiawan. "Pak, Ferdad telah gagal dalam misi ini, tapi aku berhasil memasang alat pelacak pada kedua anting Nevra dan salah satunya ada padaku."

Mark dan Brandon tampak serius mendengarkan, begitu pun dengan Nevra. Dia tidak mengira Gunawan sangat pandai berakting.

"Kenapa kau memilih memberitahuku ketimbang memberitahu Ferdad?" Tanya Septiawan dari seberang sana.

"Aku ingin mendapatkan imbalan atas semua ini," ujar Gunawan.

"Imbalan apa yang kau inginkan?"

Brandon dan Mark saling pandang.

"Posisi Ferdad untukku."

Nevra menganggukkan kepalanya pada Gunawan yang juga menganggukkan kepala.

"Aku akan memerintahkan Ferdad dan kesatuannya mundur." Panggilan pun berakhir.

"Bagus, sekarang kau harus segera pergi dari sini."

Gunawan mengangguk. Brandon menjelaskan jalan paling aman menuju keluar dari gedung terbengkalai itu pada Gunawan, karena bangunan tersebut akan diledakkan.

Setelah Gunawan pergi, Mark mengulurkan tangannya. "Nevra, ikutlah bersama kami."

"Kevin tewas karena aku. Aku harus membayarnya. Kalian pergi duluan. Aku akan menyusul kalian." Nevra tersenyum.

"Nevra, ini berbahaya." Brandon membujuk Nevra.

"Aku tidak akan mati semudah itu," ucap Nevra.

Mark mengirimkan surat melalui paket ke kantor polisi untuk Ferdad. Dia berharap surat itu sampai sebelum Nevra kenapa-napa.

Saat ledakan terjadi, Nevra bersembunyi dan berlindung di ruang yang sama di mana dirinya menemukan kembali ingatannya yang hilang. Setelah ledakan itu berakhir, Nevra menunggu Septiawan di atap gedung.

☆★☆

21.02 | 22 April 2021
By Ucu Irna Marhamah

POLICE VS ASSASSINWhere stories live. Discover now