PVSA - 30

172 10 0
                                    

Tanpa sadar, Ferdad menitikkan air matanya. Karena tidak mendapatkan respon dari Ferdad, Rayna mendongkak menatap pria itu. Dia terkejut melihat Ferdad menangis dalam diam.

"Apa aku melukaimu, maafkan aku." Rayna mengeratkan pelukannya.

Tiba-tiba Ferdad melumat bibir Rayna. Perempuan itu agak terkejut, tapi beberapa saat kemudian dia membalas ciuman Ferdad. Pria itu menindih Rayna dan memasukkan lidahnya ke dalam mulut Rayna. Mereka berciuman begitu panasnya.

Rayna menyadari jika ciuman Ferdad bukan sekedar kecupan, melainkan ciuman penuh penuntutan seperti seorang suami pada istrinya.

Ferdad melepaskan kancing piyama satin yang Rayna pakai. Dia memberikan ciuman dan tanda kemerahan di leher Rayna. Tanganya menyentuh dada Rayna. Dia juga mengecup dada Rayna yang ada tato tulipnya itu.

Sesaat Ferdad berhenti. Dia menatap perempuan di bawahnya yang menatapnya dengan tatapan sayu. Ferdad tidak bisa melanjutkannya lebih jauh lagi, perempuan itu bukan istrinya. Tapi, dia tidak bisa menahan hasrat kelelakiannya. Rayna mengizinkan Ferdad menjamah tubuhnya karena dia mengira kalau Ferdad suaminya.

"Apa aku bisa menyentuhmu?" Tanya Ferdad.

Rayna merasa bingung dengan pertanyaan pria itu. Dia menganggukkan kepalanya.

Melihat anggukkan kepala Rayna, Ferdad membuka kemeja tidurnya. Tampaklah tubuh kekar pria itu. Ada banyak luka sayatan dan luka bekas tembakkan di sekujur tubuh pria itu. Ini bukan pertama kalinya Rayna melihat tubuh telanjang Ferdad. Perempuan itu pernah melihatnya sewaktu masuk kamar pertama kalinya.

Namun, kali ini berbeda. Pria itu tampak seksi dan jantan di mata Rayna. Ferdad kembali mengecup bibir Rayna.

"Aku mencintaimu, Rayna." Berbarengan dengan apa yang terucap dari mulutnya, dalam hati Ferdad menyebutkan hal yang sama.

Aku mencintaimu, Gynevra. Itu yang terucap dalam hatinya.

Saat Ferdad melakukan penetrasi, Rayna agak terkejut karena dia merasa sakit. Perempuan itu meringis sambil menahan perut Ferdad agar tidak melanjutkannya. Tapi, pria itu melanjutkannya sampai mereka benar-benar bersatu.

"Hhh." Rayna menangis tertahan. Ferdad mengecup bibir dan leher Rayna.

Keesokan harinya, Rayna terbangun. Dia mendapati dirinya tertidur sendirian tanpa sehelai benang pun dengan selimut yang menutupi tubuhnya.

Dia bangkit dan merasakan sakit di bagian intimnya. Rayna melihat ke bawah sepertinya dia mencari sesuatu. Semalam dia merasakan sakit saat bercinta dengan Ferdad. Yang dia tahu, rasa sakit bercinta hanya terjadi sekali yaitu waktu pertama kali berhubungan intim.

Namun, Rayna tidak menemukan darah di sprei. Dia mendengar suara gemericik air dari kamar mandi. Sepertinya Ferdad sedang mandi dan bersiap ke kantor polisi.

Rayna beranjak dari tempat tidurnya. Dia berjalan pelan ke lemari dan mengambil jubah tidur untuk menutupi tubuhnya.

Ferdad keluar dari kamar mandi. Dia melihat Rayna yang juga menoleh padanya.

"Aku akan pergi tanpa sarapan. Kau tidak perlu memasak," kata Ferdad sambil membawa pakaian yang sudah rapi dari lemari.

Rayna menatap punggung pria itu. Perasaannya berkecamuk saat ini. Dia menunduk memikirkan banyak hal yang membuatnya kembali ragu. Apakah Ferdad suaminya atau bukan.

Selesai berpakaian, Ferdad berbalik dan menghampiri Rayna. Pria itu menatap Rayna penuh makna. Ada rasa penyesalan yang tersirat dari kedua manik gelapnya.

Ferdad menangkup wajah Rayna kemudian tersenyum hangat. "Aku berangkat."

Kecupan hangat mendarat di bibir Rayna. Ferdad pun berlalu dari kamar.

Rayna menjilat bagian bawah bibirnya.

☆★☆

21.26 | 21 April 2021
By Ucu Irna Marhamah

POLICE VS ASSASSINOpowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz