PVSA - 37

147 10 0
                                    

Sinar matahari mengintip malu-malu lewat celah-celah gorden. Di dalam kamar itu tampak sepasang muda-mudi yang tertidur tanpa sehelai benang pun berbalut selimut. Ferdad terbangun karena sinar matahari yang menyilaukan matanya. Dia melihat Rayna masih tertidur pulas dalam dekapannya.

Perempuan itu sangat cantik saat tertidur. Ferdad mengusap lembut wajah itu. Ketika sinar matahari menyorot wajah Rayna, Ferdad menghalanginya dengan tangan kanan. Tapi, tentunya itu tidak membantu. Cahaya tetap lolos lewat celah jemarinya. Rayna melenguh pelan. Dia menyembunyikan kepalanya di dada Ferdad sambil menarik selimutnya lebih tinggi.

Ferdad terkekeh pelan. Dengan suara serak, dia bergumam, "Sayangku."

"Kau tidak pergi bekerja?" Tanya Rayna dari balik selimut.

"Aku ingin melakukannya sekali," ucap Ferdad.

"Nanti kau kesiangan." Rayna menggulung tubuhnya seperti kaki seribu.

"Ini tidak akan lama." Ferdad membuka selimutnya.

Rayna membelakangi pria itu dan menarik lagi selimutnya. Ferdad menggigit pelan telinga Rayna. Perempuan itu mencubit pipi Ferdad.

"Kau kejam sekali," gerutu Rayna.

"Kita lakukan sekali lagi dan aku akan pergi," ancam Ferdad.

"Feerdaaaaad!"

Di kantor polisi.

Ferdad datang ke kantor polisi seperti biasa. Dia melihat Bayu dan Arghi sudah berada di kantor. Kedua pria itu menoleh pada Ferdad.

"Kalian datang jam berapa?" Tanya Ferdad.

"Karena kami jomblo, kami datang jam 6 pagi," celetuk Bayu.

Ferdad memutar bola matanya. "Ya, kalian memang junior yang disiplin, tapi kalian juga membutuhkan waktu untuk menjalani aktivitas pribadi. Kita juga manusia membutuhkan waktu senggang. Bukankah tugas kalian sudah selesai semalam."

"Terima kasih, Pak."

Sementara itu, James keluar dari rumah. Para polisi yang menyamar mengikutinya diam-diam. Ternyata James membeli bubur ayam untuk sarapan. Dia mengedarkan pandangannya ke sekeliling.

Dan di tempat lain, Rayna sudah tiba di pabrik kertas terbengkalai. Dia kembali ke sana untuk mencari informasi lain yang mungkin saja dia lewatkan kemarin. Sandi pintunya tidak diganti menandakan belum ada yang masuk ke tempat itu, karena kemarin Rayna mengunci pintunya lagi sebelum pergi.

Rayna penasaran dengan komputer di ruangan itu. Dia mencoba mencari flashdisk atau perangkat lainnya di lemari dan laci. Tapi, Rayna tidak menemukan apa pun. Dia pun menyalakan komputer. Sialnya komputer tersebut terkunci dengan sandi angka.

"Jika komputernya dikunci, berarti ada data penting di dalam komputer ini," gumam Rayna.

Walpaper layarnya adalah bunga tulip berwarna hitam. Rayna tampak berpikir. Dia menyentuh dadanya. Tulip di wallpaper mirip dengan ukiran tato di dadanya.

Rayna melihat ada beberapa ponsel nokia bekas jaman dulu di sebuah kotak. Dia mencoba menuliskan angka yang membentuk huruf TULIP dari bar T9 (ABC) dan diubah menjadi angka. Hasilnya : 8885554447.

Namun, sandi salah. Rayna bergumam, "Kurang titik?"

Rayna mencoba mengulangnya dengan menambahkan titik. 8.885554447.

Kunci layar komputer terbuka. Rayna pun membuka file dan menemukan banyak sekali dokumen.

"Berapa lama yang aku butuhkan untuk membaca semuanya?" Rayna menghela napas berat.

Sementara itu, James mendapatkan peringatan dari Mark lewat alat komunikasi di telinganya.

"Kau tahu kita sedang diikuti polisi? Berhati-hatilah," ucap Mark dari seberang sana.

Polisi yang mengikuti James menyentuh alat komunikasi di telinganya. "Pak Ferdad, sepertinya penyamaran kita sudah diketahui."

Ferdad menatap layar komputer. Dia sudah mendengarnya. "Bersiaplah, kita akan berperang melawan mereka. Kali ini aku tidak ingin kita gagal."

"Baik, Pak."

☆★☆

08.52 | 21 April 2021
By Ucu Irna Marhamah

POLICE VS ASSASSINWhere stories live. Discover now