PVSA - 47

123 11 0
                                    

Mark menatap Gunawan yang duduk tertekuk di depannya. Brandon yang menyandera polisi itu berdiri di belakang Gunawan dengan pistol ditodongkan ke kepalanya.

"Han, Evan, Kevin, kalian juga menyandera Nevra. Membunuhmu tidak cukup untuk melunasi semua hutang kalian," ucap Mark pada Gunawan.

"Meskipun kau membunuhku, kau tidak akan mengubah apa pun. Kau akan ditangkap dan berakhir di balik jeruji besi," ucap Gunawan.

"Aku pastikan bahwa aku tidak akan pernah berakhir di penjara bagaimana pun caranya." Mark mengambil sebuah pisau berkarat. "Kau akan mati dan akan kugantung mayatmu di gedung ini."

"Mark." Nevra menghampiri Mark. Dia berbicara dengan bahasa Rusia, "Kumohon jangan lakukan itu."

Ketiga pria itu menoleh pada Nevra. Perempuan itu menyentuh bahu Mark. "Aku yang bertanggung jawab atas kematian Kevin. Aku akan memperbaiki ini Mark."

"Apa pun alasanmu, aku akan tetap membunuhnya," ucap Mark sambil menatap Gunawan dengan tatapan penuh kebencian.

"Sebentar lagi dia akan menjadi seorang ayah. Kau ingin seorang anak tidak berdosa kehilangan ayahnya, sebelum dia melihat wajah ayahnya? Kau ingin anak itu merasakan seperti yang kita rasakan?" Nevra membujuk Mark.

Brandon tampak kesal. "Kau berpihak pada mereka, Nevra? Aku sudah lama tinggal di Indonesia. Mereka tidak sebaik seperti yang kau pikirkan."

"Aku mohon jangan bunuh lebih banyak orang lagi," pinta Nevra.

"Lalu kau mau aku apakah dia?" Tanya Mark pada Nevra.

"Kembalikan dia pada kepolisian, aku berjanji dia tidak akan membuat kita celaka. Aku yang menjaminnya. Jika seseorang di antara tim kita mati, kau bisa membunuhku," ucap Nevra.

"Kau bagian dari kami," kata Mark. "Tapi, aku tidak mau kita mengambil risiko."

"Aku juga, aku juga tidak mau mengambil risiko jika kau membunuhnya," mohon Nevra.

"Lakukan apa pun yang kau mau." Mark menunjuk Gunawan.

Nevra berjongkok di depan Gunawan. Brandon memperingatkan Nevra. "Hati-hati, Nevra."

"Mana borgolmu?" Tanya Nevra.

"Kau kembali pada mereka?" Tanya Gunawan yang terlihat kecewa.

Nevra mendongkak menatap Brandon. "Brandon, tolong aku. Geledah di mana borgolnya."

Sambil menyandera, Brandon mencari borgol dari balik baju Gunawan.

"Kau tidak bisa mati sia-sia. Ada bayimu yang perlu kau tunggu kelahirannya," ucap Nevra.

Brandon menemukan borgolnya. Dia memberikan borgol tersebut pada Nevra. Perempuan itu memborgol tangan Gunawan ke belakang.

"Dengar, berikan ini pada Septiawan, jangan berikan pada Ferdad." Nevra memasukkan sebuah anting ke dalam saku kemeja Gunawan.

Tidak ada jawaban dari Gunawan.

"Kau mengerti?" Tanya Nevra.

"Jika nanti kami mengepungmu, aku tidak bisa menembakmu," kata Gunawan seolah mengerti dengan rencana dadakan Nevra.

Nevra mengusap rambut Gunawan. "Kau harus menembakku."

Alat komunikasi di telinga Mark berbunyi. Dari sisi lain gedung, Zack menghubunginya, "Bos, jet akan siap dalam beberapa menit lagi."

"Kami akan segera ke sana," jawab Mark.

Sementara itu, para polisi yang bertahan menunggu perintah dari Ferdad. Tiba-tiba alat komunikasi mereka berbunyi. Mark berbicara lewat alat komunikasi di telinga Gunawan. Dia memberikan peringatan, "Dalam waktu 20 detik, gedung ini akan meledak total. Ledakkan pertama akan terjadi dalam waktu 5 detik."

Para polisi yang mendengar peringatan tersebut sangat terkejut tentunya.

Ferdad mengepalkan tangannya. "Kembalikan Gunawan!"

"Dia akan kembali padamu dalam keadaan utuh setelah gedung ini meledak total," kata Mark.

Tiba-tiba ledakkan kecil terjadi di atap gedung.

"Semuanya, kita mundur," dengan berat hati, Ferdad memerintahkan para polisi untuk menyerah.

☆★☆

14.46 | 22 April 2021
By Ucu Irna Marhamah

POLICE VS ASSASSINWhere stories live. Discover now