PVSA - 41 - No Mercy

137 10 0
                                    

Ferdad berhadapan dengan Septiawan.

"Jadi, kau hanya menangkap 2 orang buronan? Itu bagus daripada tidak sama sekali. Mereka harus segera diinterogasi agar kita bisa menangkap yang lainnya. Besok aku akan kembali." Septiawan menepuk bahu Ferdad kemudian berlalu pergi.

Sementara Han diinterogasi oleh Frizki. Han menolak menjawab pertanyaan dari para polisi. Dari semalam, Frizki dan Arghi bergantian menginterogasinya.

"Dia tidak mau membuka mulutnya," kata Arghi pada Ferdad.

"Bagaimana dengan perempuan itu?" Tanya Ferdad. Yang dia maksud adalah Nevra.

"Marla yang mengurusnya," jawab Arghi.

Ferdad beralih ke ruangan interogasi di mana Nevra berada. Dari kaca satu arah, Ferdad melihat Nevra dan Marla yang duduk berhadapan. Sementara Gunawan berjaga di luar. Tampaknya Nevra juga tidak membuka mulut.

"Hukumanmu akan diringankan apabila kau mau memberitahu kami di mana teman-temanmu yang lain berada," kata Marla.

Nevra tidak menjawab. Dia tetap memandang lurus.

"Kau terlihat seperti orang asing, tapi Senior Ferdad bilang kau bisa bahasa Indonesia dengan lancar," ucap Marla.

Ferdad menghela napas berat. Dia pun masuk. Marla menoleh pada pria itu. "Pak Ferdad, sepertinya dia kehilangan lidahnya."

"Mungkin aku memukulnya terlalu keras," ujar Ferdad sambil menepuk bahu Marla. "Biar aku saja, Marla."

Marla mengangguk kemudian berlalu keluar dari ruangan itu. Sekarang Ferdad dan Nevra duduk berhadapan.

"Kau akan tetap tutup mulut?" Tanya Ferdad.

"Apa boleh aku yang bertanya?" Nevra balik bertanya.

"Tanyakan." Ferdad menyandarkan punggungnya ke kursi.

Nevra menatap pria di depannya. "Kenapa kalian bersikeras menangkap kami?"

"Karena itu perintah atasan kami," jawab Ferdad cepat.

"Kami tidak mencuri di negara ini. Kami hanya lewat dan corona menghalangi jalan pulang sehingga kami terpaksa singgah sementara," kata Nevra.

"Kalian pernah mencuri di Medan, Surabaya, Jakarta, dan... Bandung. Tentu kalian akan mendapatkan hukuman untuk itu," ucap

"Bukankah polisi sudah menutup kasus itu sejak lama? Seharusnya sudah melewati pemutihan," ujar Nevra.

Ferdad menggeleng. "Kau pikir semua negara di dunia ini memberlakukan pemutihan? Selain itu, meskipun kalian mencuri di luar negeri dan ditangkap di sana, kalian akan dideportasi dari luar negeri dan dihukum di sini. Selain itu, kau dan teman-temanmu juga membunuh orang-orang kami dengan kata lain kalian akan tetap dihukum apa pun alasannya."

"Aku berkewarganegaraan Rusia, kau bisa mendeportasiku ke sana," kata Nevra.

Ferdad terdiam untuk beberapa saat. "Aku harus mendapatkan ketuamu. Dia akan diadili di sini. Selain itu, jika kami mengirimmu ke Rusia, kau pasti akan kabur di perjalanan," kata Ferdad.

"Kalian ingin mendapatkan ketua kami dengan menyaderaku? Kalian sangat licik dan tidak punya keberanian, ya," ujar Nevra.

"Jadi, kau tidak mau buka mulut?" Karena tidak mendapatkan jawaban dari Nevra, Ferdad beranjak dari tempat duduknya dan berlalu pergi.

"Tunggu!"

Ferdad menghentikan langkahnya. "Apa lagi?"

"Aku... aku mau pipis," ucap Nevra.

Ferdad menoleh padanya. "Kau mau mengelabuiku agar aku mengantarmu ke kamar mandi lalu kau mau cebok dan memintaku membuka borgolmu kemudian kau memukulku kemudian lari. Iya, kan?"

"Aku tidak tahan," mohon Nevra.

"Kencing saja di sini. Aku yang akan mengganti celanamu nanti." Ferdad melanjutkan langkahnya meninggalkan Nevra di dalam ruangan itu.

Marla menghampiri Ferdad. "Sepertinya mereka sangat setia pada Mark, Pak."

"Nanti mereka juga akan buka suara."

☆★☆

14.33 | 22 April 2021
By Ucu Irna Marhamah

POLICE VS ASSASSINHikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin