EPILOGUE

249 15 0
                                    

Sebuah restoran besar dan mewah bernama IndoRusia berdiri di tengah-tengah kota Moskow. Restoran tersebut menyajikan makanan Rusia dan Indonesia. Pemilik restoran tersebut adalah sepasang suami istri lintas benua. Di mana sang suami berasal dari Indonesia dan istrinya berasal dari Rusia.

Karena sebuah pertemuan yang cukup panjang, mereka jatuh cinta dan memutuskan hidup bersama di Moskow. Mereka pun membangun restoran IndoRusia.

Di sebuah rumah besar, tampak seorang pria tampan berambut coklat itu duduk sambil menelepon. Rambut-rambut halus di sekitar rahang dan dagunya membuat pria itu tampak begitu tampan dan berkharisma.

Ada foto pernikahan yang terpampang di dinding kamar itu. Sangat romantis di mana pasangan itu saling berciuman mesra.

"Pak Ferdad, Ken selalu merengek jika disuruh makan sayuran. Tidak ada sayuran yang dia sukai. Dia hanya akan makan jika Tasya menyajikan nugget atau steak di meja, kurasa dia karnivora," ceroscos Gunawan di seberang sana.

Pria yang tak lain Ferdad itu tersenyum. Dia dan istrinya adalah pemilik restoran IndoRusia.

"Kau bisa menangkap penjahat dan mengatasi virus di di komputer kita dulu. Kenapa kau tidak bisa mengatasi napsu makan anak?" Tanya Ferdad.

"Aku tidak mengerti soal ini," gerutu Gunawan.

"Kalau begitu berkonsultasi pada dokter atau ahli gizi. Kenapa malah menghubungiku dan mengeluh padaku?" Gerutu Ferdad.

Sementara perempuan berambut sebahu sedang mendengarkan suaminya yang berbicara dengan teman lama di telepon. Dia adalah Gynevra. Dia tampak lebih cantik dan anggun.

Setelah pembicaraan selesai, Ferdad menoleh pada Nevra kemudian mengedikkan bahunya. "Ken, anak kedua Gunawan tidak menyukai sayur. Tasya sedang mengandung anak ketiga Gunawan."

"Tasya perlu membuat kreasi makanan yang berbahan dasar sayur dengan tampilan seperti daging. Aku turut bahagia mendengar kehamilannya" ujar Nevra.

"Clevara sudah tidur?" Tanya Ferdad

Nevra mengangguk. "Besok hari pertamanya masuk sekolah. Dia sangat semangat dan tidak sabar menunggu hari esok, sehingga dia tidur lebih awal."

Ferdad tersenyum.

Clevara Trissy Harrel adalah putri dari Ferdad dan Nevra. Dia gadis manis yang sangat imut. Wajahnya mirip Nevra, hanya alis dan bentuk kelopak mata yang mirip Ferdad.

Keesokan harinya, Nevra mengantar Clevara ke sekolah. Wanita itu duduk di bangku taman sambil membaca berita di ponselnya.

"Seseorang tanpa nama mendonasikan uangnya sebanyak 118 juta dolar untuk para penderita kanker." Nevra tampak tersenyum haru.

"Pria tak dikenal menyumbangkan 127 juta dolar untuk panti asuhan."

Ada banyak berita baik yang membuat Nevra merasa senang.

Pulang sekolah, Ferdad dan Nevra makan bersama dengan putri kecil mereka. Clevara dengan cerewetnya menceritakan segala hal yang terjadi di sekolah. Sesekali Nevra tersenyum melihat putrinya yang polos. Ferdad menanggapinya dengan antusias.

Malam harinya, Nevra mendapatkan telepon dari seseorang. "Halo, Nevra, Bagaimana kabarmu?"

Tentu Nevra mengenali suara itu. Dia tersenyum kecil. "Penyumbang rahasia. Aku bangga pada kalian semua."

"Kau belum menjawab pertanyaanku, Nevra," gerutu pria itu dari seberang sana.

Ferdad masuk ke kamarnya dan melihat Nevra sedang menelepon dengan seseorang.

"Aku baik-baik saja, kami semua baik, Mark. Bagaimana denganmu?" Tanya Nevra.

Ferdad memutar bola matanya mendengar istrinya menyebut nama Mark.

"Aku juga baik. Jika Ferdad membuatmu kesal, beritahu aku. Aku akan mencekiknya. Meskipun dia suamimu, aku tetap pacarmu."

Nevra tertawa kecil. "Jangan bilang begitu, nanti pacarmu marah."

"Sudah malam, ya? Jam berapa di sana?"

Nevra melihat jam tangannya. "Jam 9 malam."

"Aku lupa kita berada di benua yang berbeda," ujar Mark.

"Baiklah, selamat malam, Mark."

Panggilan pun berakhir. Nevra melirik suaminya. Ferdad merangkul Nevra.

"Bagaimana kabarnya? Apa dia sudah menikah?" Tanya Ferdad.

"Dia akan segera menikah," ujar Nevra.

"Aku khawatir kau akan kembali padanya jika dia tidak segera menemukan penggantimu," celetuk Ferdad.

"Aku tidak mungkin meninggalkanmu dan Clevara begitu saja. Kalian adalah bagian dari hidupku," kata Nevra.

Ferdad mengecup kening Nevra. "Terima kasih sudah menjadi teman hidupku. Aku bahagia melakukan perjalanan ini bersamamu. Kau telah memberiku seorang putri yang cantik dan manja. Aku bahagia bersamamu."

Nevra memeluk Ferdad. "Aku juga bahagia bersamamu."

☆★☆

22.39 | 22 April 2021
By Ucu Irna Marhamah

POLICE VS ASSASSINOpowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz