Chapter 3. A Proper Thank You

496 41 9
                                    


<Muda 2

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

<Muda 2.0  Year 2021: Creativity & Innovation Competition bertema Arsitektur>

April 2021.

"Bar, ini Harza nawarin gue ikutan Muda. Kenapa ga lu aja sih?" Tanya Tarra sambil masih memfokuskan pandangannya pada meja gambar.

"Dia udah nawarin gue."

"Terus kenapa ga lu ambil? Bukannya lu juga pengen banget."

"Gue ga sanggup. Segini aja badan gue mau patah." Ucap Bara sambil merentangkan tangannya keatas dan menguap lebar. "Lu juga bukannya emang dari dulu pengen ikutan Muda?" Tanya Bara.

Tarra hanya mengangguk. "Ya... Tapi ini yang ngajak Harza. Gimana dong?"

"Emang kenapa?" Tanya Bara lagi.

Iya juga. Emang kenapa.

"Pikirin aja nilai plusnya buat lu sendiri. Ini jadi satu credit point yang bisa lu jual pas presentasi probation nanti. Apalagi kalau tim lu menang misalnya."

Tarra mengangguk-angguk sambil menimbang. Masih banyak keraguan muncul di benaknya.

Harza vs Muda? Harusnya ini pilihan gampang kan?

***

"Lu dimana? Bang Fikal nanyain lu nih." Ucap Ardner diujung telfon. Suara angin menderu sebagai latar belakang suara Ardner mengisyaratkan pemuda itu sedang menelfon dari rooftop kantor mereka.

"Gue lagi mau makan siang."

"Makan siang? Sama siapa?" Suara Ardner menyelidik.

"Syena."

"Ohhhh..." Hanya itu kalimat yang keluar dari mulut Ardner.

"Kenapa 'ohh'?"

"Lu lagi pdkt sama Syena?"

"Ngga."

"Nah, terus ngapain dong?"

"Ya makan siang aja biasa. Emang orang ga boleh makan siang."

"Maksud gue, lu emang ga paham apa gimana sih? Syena tuh suka sama lu, Za. Dia ngejar-ngejar lu banget."

"Ya karena itu. Gue capek ditanya-tanya terus. Makanya akhirnya gue oke aja pas dia ajak makan. Tenang aja, Ner. Gue paham kok harus ngapain."

Ardner hanya bisa tertawa. "Paham sih paham terus besok-besok medsos lu gempar."

"Kalo yang itu, gue ga bisa atur." Harza hanya terkekeh. Pasrah.

Harza menutup telfonnya dan berjalan menuju restoran yang dipilih Syena. Ia menolehkan kepalanya ke arah seorang gadis yang sepertinya telah menunggunya dari tadi.

"Udah lama nunggu?" Tanya Harza sambil menarik kursi di depan Syena. Ia membuka topi yang sedari tadi ia pakai sambil mengacak rambutnya perlahan.

"Ngga. Gue juga baru sampe. Mau makan apa?" Tanya Syena dengan kerlingan di ujung matanya.

Run Harza Run [completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang