Chapter 31. A Slowly Changing

171 16 5
                                    

September 2024.

"Gue bilang juga apa. Ezaz ada maksud sama lu." Ucap Bara sambil menyendok nasi goreng dari piringnya.

"Ezaz ini yang temen kantor lu berdua kan?" Sahut Hugo yang sedang mengunyah iga bakar.

Tarra hanya mengangguk.

"Diem aja lu. Biasanya lu marah kalo kecolongan kayak gini." Bara menyenggol lengan Tarra hingga lamunannya buyar.

"Tapi masak sih, Bar." Tarra masih berusaha menyangkal semua yang sudah terjadi akhir-akhir ini. Tapi apa yang Bara sampaikan sepertinya bukan kebetulan belaka.

Tarra hanya menghela nafasnya sambil menyelesaikan mie goreng dari piringnya. "Tapi Ezaz ga bikin gue risih. Mungkin karena itu gue ga kesel."

"Ya mungkin aja gitu. Selama ini dia juga ga pernah usaha pdkt in lu atau apa kan. Baru kemarin aja dia ngirim bunga. Udah saatnya juga lu lebih dewasa kali. Profesional aja sama dia." Balas Bara sambil menyeruput minumannya.

"Tapi yang jelas karena sekarang sinyalnya dari dia makin jelas, lu harus hati-hati. Jangan sampe bikin lu berantem ma Harza."

Harza. Kok dia ga pernah nanya, ya?

"Iya deh yang dewasa banget. Mas yang dewasa ini kapan punya pacar. Gue bingung, Devon aja ganti pacar per semester udah kayak audit internal. Lu betah aja sendiri." Balas Tarra sambil menyeringai.

"Iya nih, temen Bianca katanya udah jalan sama lu. Siapa tuh namanya? Renata? Terus gimana?" Tanya Hugo dengan raut penasaran.

"Iya udah jalan, tapi cuma gitu aja." Balas Bara dengan raut datar.

"Katanya mau move on. Kalo gini gimana caranya lu bisa maju, Bar. Udah 6 tahun juga."

"Kan tiap orang beda-beda, Go. Gue udah usaha loh buat kenal sama cewe lain. Tapi susah." Raut Bara seketika berubah.

Hugo dan Tarra hanya terdiam sambil saling berpandangan. Tarra lalu menyenggol lengan Hugo agar ia mengalihkan ke pembicaraan lainnya. Hugo mengangguk sambil menyeruput minumannya. 

"Mau ada reuni anak SMA Pertiwi loh."

"Oh, ya? Kapan?" Balas Tarra antusias sambil memperhatikan raut Bara yang masih tertekuk.

"Bulan depan. Kita dateng barengan ya." Sahut Hugo. "Lu mau dateng juga kan, Bar? Dateng aja yuk."

Bara hanya memandang piringnya sambil mengangguk.

Ditengah aktivitas makan mereka, tiba-tiba Hugo mengucapkan sesuatu yang membuat Tarra terhenyak. "Ehmm.. Ta, Bar... Sebenernya gue mau minta tolong sesuatu."

"Apa?" Tarra dan Bara serentak mengangkat kepala mereka dan memandang Hugo.

"Minggu depan pas gue anniversary ketiga sama Bianca, gue mau lamar dia. Bantuin ya." Ucap Hugo sambil tersipu.

Tarra hanya menutup mulutnya terkaget-kaget. Ia ikut tersenyum lebar dan memeluk Hugo.

"Go, congrats. Gue seneng banget dengernya." Hanya kata itu yang keluar dari mulutnya. Ia ikut terharu.

***

"Cincinnya diliatin aja, awas matanya lepas mbak." Goda Tarra pada gadis di sebelahnya. Bianca hanya tertawa. Rautnya bahagia.

"Gue ngga nyangka aja. Gue pikir Hugo orangnya santai."

Tarra memeluk Bianca erat. "Bi, kalo lu bahagia, gue lebih bahagia dari lu berdua kayaknya. My best friend marrying my best cousin." Ucap Tarra dengan semburat bahagia di wajahnya.

Run Harza Run [completed]Waar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu