Chapter 23. Like an Open Book

258 22 1
                                    

Oktober 2021. H+1 in relationship

"Bes... udah sampe?" Tanya Tarra.

"Udah sayang, ini baru keluar airport." Jawab Harza.

"Hehehe.."

"Kok hehehe aja, kenapa?"

"Gapapa sayang." Jawab Tarra sambil terkekeh.

"Hehehe." Harza baru menyadari kata 'sayang' yang keluar dari mulut Tarra ternyata sebesar itu dampaknya.

"Tuh, nyadar kan. Pas dipanggil sayang refleks pengen hehehe."

Mereka berdua hanya bisa tertawa.

"Bes, nanti pulang kantor aku jemput ya. Aku hari ini belum ke studio kok."

"Boleh banget. Nanti aku kabarin ya dimana soalnya mau jalan dulu ke cikarang sama Bara."

"Ga capek?"

"Ngga, Bes. Aku udah nelen batre."

"Hahaha... Oke kabarin ya nanti. Bye, Bes."

"Bye, sayang."

"Hehehe..."

Tarra mengunci layar ponselnya dengan senyum sumringah di wajahnya. Pemuda di sebelahnya hanya menatap heran dan penasaran.

"Lu abis ngapain sama Harza? Ngaku!" Bisik Bara pelan.

"Bar..."

"Apa??"

"Gue... udah jadian kemarin."

"HAH?" Bara refleks menatap ke kanan dan ke kiri. Beberapa pasang mata menatapnya. Ia membalas kalimat Tarra dengan setengah berbisik. "Akhirnyaa.... Selamat yaaaa bestie." Bara tersenyum sumringah dan menepuk pundak Tarra.

Tarra hanya menyeringai dan berusaha fokus pada layar monitornya. Seketika ia teringat akan sesuatu.

"Bar...."

"Apalagi?" Bara memotong kalimatnya dan melanjutkan dengan nada suara yang nyaris seperti berbisik. "Lu mau ngaku apalagi sama gue? Lu ngapain lagi sama Harza?"

Bara akhirnya menatap sahabatnya itu lekat sambil melipat tangannya. Wajahnya menyeringai jahil.

"Ihh, ngga ya. Gue ngga ngapa-ngapain sama dia." Tarra nyaris mencubit Bara tapi kali ini Bara berhasil menghindar.

"Terus mau ngomong apalagi?"

"Gue pengen posting foto gue sama dia."

"Yaaaa, posting aja sih. Napa nanya gue?" Muka Bara terlihat kesal. Ternyata Tarra hanya sedang meminta saran yang tidak penting padanya.

"Hm... tapi kan Harza..." Tarra menatap Bara dengan wajah bingung.

"Dia kenapa?" Raut wajah Bara lebih bingung lagi.

"Dia kan.... tertutup banget sama kehidupan pribadinya."

"Hmm iya juga. Tapi daripada mikirin cinta, mending lu kerjain dulu kerjaan kita. Kita mau ke Cikarang 15 menit lagi."

"Anjrit..." Tarra menelan ludahnya dan rautnya seketika panik ketika melihat jam di dinding kantor. You better hurry girl, fokussss, batin Tarra dengan segala usahanya hari ini untuk menghilangkan Harza dari benaknya.

***

Dalam perjalanan pulang dari Cikarang.

"Udah dijalan pulang? Mau aku jemput dimana jadinya?" Tanya Harza.

Run Harza Run [completed]Where stories live. Discover now