Chapter 28. More Than Ever

204 20 1
                                    

Agustus 2022. Skype.

"Duh pengen gue ciye-ciye in. Ada yang go public nih. Udah ngga takut dia?" Devon menyalakan kameranya dengan wajah kusut. Ia sepertinya baru saja pulang kantor.

"Harza WA gue, dia bilang gini 'babe, ayo kita keluar dari zona nyaman, kamu siap ga?'. Kalo mas Devon punya ayang yang ngajak keluar dari zona nyaman ga?" Balas Tarra sambil tertawa.

"Lu emang kadang bangke banget ya." Devon mendengus sebal sambil memasang earphonenya.

"Mbak Rara, mau ga saya ajak keluar dari zona nyaman?" Ucap Joshua seolah-olah sedang berbicara dengan sosok wanita khayalan.

"Telfon dong mbak Raranya. Ajak beneran." Goda Hugo.

"Gue ngga siap." Sahut Joshua dengan raut merajuk.

"Anjrit Mer, gue merinding. Lu terakhir begini jaman kerajaan Majapahit masih berjaya kayaknya." Ucap Bara.

Joshua tertawa tanpa perlawanan. "Tapi gue suka banget sama Rara, gimana dong?"

"Pacarin lah." Balas Tarra singkat.

"LDR, Ta." Balas Joshua.

"Bisalah kalo lu sama dia sepakat." Ujar Tarra dengan gaya sok serius.

"Gaya lu sepakat, markonah. Ga dihubungin Harza tiga hari aja nangis-nangis depan gue." Sahut Bara sambil terkekeh.

"Bara diem. Eh, tapi bener deh Mer, intinya LDR tuh cuma komunikasi."

"Lu yang jomblo-jomblo ini coba denger petuah Mamah Tarra." Balas Hugo sambil tertawa.

"Please, kasih gue pencerahan." Pinta Joshua.

"Sebelum mikir LDR, harusnya.." Tarra tertawa di sela-sela kalimatnya. "Lu tembak dulu Rara nya. Jangan-jangan dia ga mau sama lu."

Seketika panggilan video itu penuh dengan gelak tawa.

Tarra melanjutkan kembali petuahnya. "Terus lu ajak ngobrol. Kalo ternyata satu pemikiran dan sama-sama beneran sayang. Pasti bisalah. Kemarin gue sama Harza pun masih berantem kecil gara-gara miskom. But so far we made it."

"Iya deh yang bisa LDR. Tapi iya bener, karena Harzanya sabar, si markonah ini jadi santai banget padahal lu tau kan emosinya selalu menggelegar." Bara menanggapi kalimat Tarra barusan dengan sok serius juga.

"Berat sih emang, awal-awal tiap inget muka Harza gue pengen terbang ke jakarta terus meluk dia." Lanjut Tarra.

Devon memotong pembicaraan Tarra. "Bagian meluknya tolong disensor, hargai hati rapuh jomblo."

"Lu ngga tau, harusnya peluk sama cium manja juga, Von." Tarra terkekeh melihat wajah Devon yang pasrah.

"Ihhh, jangan bahas yang lain dulu. Fokus dulu sama gue. Masalah gue penting banget ini. Terus Rara ini kan lebih tua dari gue 4 taun. Gimana dong?" Pinta Joshua dengan lebih memelas.

"Apanya?" Tanya Tarra bingung.

"Bukannya umur segitu, udah bahas...nikah?" Ucap Joshua ikut bingung.

"Duh mohon maaf mas Joshua, saya belum sampe ke level itu. Baru mentok di LDR. Silakan berguru ke suhu lain." Balas Tarra sambil terkekeh.

Nikah? Satu kata yang bahkan belum pernah terlintas di kepala Tarra hingga saat ini, atau mungkin bertahun-tahun ke depan. Masih banyak mimpi yang harus ia gapai. Bersama Harza, dalam hubungan seperti ini rasanya sudah cukup.

***

September 2022.

"Bes, masak ada satu dosen kampusku orang India Singapur. Aku sama Bara kalo dengerin dia ngomong suka bingung sendiri, dia ngomong bahasa apa." Ucap Tarra sambil terkekeh kecil.

Run Harza Run [completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang