Chapter 22. Longed and Falling Harder

236 24 0
                                    

Oktober 2021.

"Bes, papa gimana?"

"Udah masuk ruang rawat inap biasa sekarang. Masa kritis udah lewat, papa udah sepenuhnya sadar."

"Syukurlah. Udah makan sama minum?"

Tarra tergelak disela-sela obrolan mereka. Tawa yang ditunggu Harza.

"Udah tadi sama mama. Udah minum juga." Ucap Tarra dengan kekehan di mulutnya. "Makasih, Za. You made my day."

Seketika Tarra terdiam, ia tiba-tiba teringat sebuah janji. Janji makan malam bersama dengan Harza hari ini.

"Za, gue lupa."

"Apa? Lupa apa?"

"Maaf, ya. Kita harusnya makan malem bareng kan hari ini."

"Gausah dipikirin. Fokus dulu aja sama keluarga lu. Don't even dare to say sorry again ya."

"Iya, oke. Makasih, Za."

"Sama-sama, Bes. Gue lanjut ke acara dulu ya. Nanti ditelfon lagi kalo udah kosong."

"Alright, bye."

"Bye, Ta."

Ada seulas senyum di wajah Tarra yang tidak bisa dilihat Harza saat ini. Harza tidak tahu, saat ini Tarra hanya ingin kembali ke Indonesia untuk memeluk pemudanya itu dan menumpahkan segala beban dan kegelisahannya.

Baru juga LDR sehari.

***

Oktober 2021. H+4 LDR

"Bes, dimana?" Harza menekan tombol koneksi bluetooth pada mobilnya sehingga bisa tetap menelfon sambil mengemudi.

"Di kantor. Lu udah balik dari Bali? Lagi dimana?"

"Iya udah balik tadi pagi. Lagi nyupir mau ke studio."

"Ih, ga capek? Kok langsung ke studio?"

"Ngga capek kok. Single Brywilde bakal rilis minggu depan soalnya. The real one."

"Ahhh... good luck, it's gonna be a huge hit. Legally clear?"

"Totally, ini beneran lagu baru yang gue buat. Jadi aman."

"Bes, gue ke Surabaya semingguan ini, gantiin Bara, dia sakit. Terus udah gitu weekend ke Sing lagi. Kayaknya sebulanan ini gue ke Sing tiap weekend deh."

"Iya, oke. Sakit apa Bara?"

"DBD dia."

"Titip salam kalo kontak ya, bilangin cepet sembuh. See you, Bes. Kalau ada di apart pokoknya kabarin gue aja ya. Bye Tarra."

"Bye, Bes." Tarra dan Harza menutup telfon mereka.

Harza lalu memfokuskan pandangannya ke jalanan. Yang terlintas di pikirannya hanya Tarra. Tapi ia sadari betul, membicarakan status mereka sepertinya hanya akan menambah beban pikiran Tarra. Our time will come. Santai Harza, santai.

***

Oktober 2021. H+10 LDR

Harza melangkahkan kakinya menuju unit apartemen Tarra dengan perasaan yang tidak menentu, cemas tapi antusias. Pemuda itu akhirnya memantapkan hatinya untuk membicarakan perasaannya hari ini. Sesampai di depan pintu apartemen, ia menekan belnya beberapa kali tapi tidak ada jawaban. Akhirnya ia menekan sandi pintu dan memasuki unit itu.

Ia mendapati gadis kesayangannya tertidur di sofa ruang duduk. Harza mendekati gadis itu dan mengelus kepalanya pelan. Ia menatap Tarra lekat. Wajah gadis itu terlihat sangat lelah. Hatinya menjadi sendu. Niatnya untuk mengungkapkan perasaannya hari ini seketika lebur. Ia mencium kening Tarra perlahan dan seketika gadis itu membuka matanya.

Run Harza Run [completed]Where stories live. Discover now