Chapter 29. Rather Be

199 19 4
                                    

November 2022. Jakarta.

"Girang banget lu nyet balik dari London." Ucap Anya pada pemuda di hadapannya. Pemuda yang ditanya itu hanya membuat senyum tipis.

"Kalo ditanya tuh dijawab. Lu kayak gini kenapa?" Tanya Anya dengan raut menyelidik disertai seringai diwajahnya.

Harza hanya tertawa sambil menyeruput kopi paginya. "Lu ngga usah mikir aneh-aneh. Gue sama Tarra ngga ngapa-ngapain. "

"Ah, mana mungkin." Jawab Anya masih dengan raut jahilnya.

"Terserah." Jawab Harza singkat.

"Iya deh si prinsipil. Salute." Ucap Anya sambil memperagakan gaya hormat pada Harza.

"Terus lu kenapa jadi aneh begini? Gue jadi bingung." Tanya Anya sambil menyalakan rokoknya.

"Hm..Nyet, aneh ga sih kalau gue bisa sayang banget sama seseorang padahal baru setaun bareng?"

Anya hanya menggeleng dan meneguk minuman di mulutnya dengan cepat sebelum menjawab. "Ya nggaklah. Perasaan kan ngga bisa lu atur. Kenapa nanya gitu?"

"I love Tarra more than anyone know. Gue sayang banget sama dia, ngelebihin sayang gue sama Keisha. It's only a year but my feeling growing faster than i thought. She might be the love of my life."

Anya nyaris tersedak ketika mendengar kalimat itu keluar dari mulut Harza. Ia seketika tertawa. "Sepuluh tahun lebih gue kenal sama lu, baru kali ini lu lancar banget ngomongin cinta."

"Ya, gimana. Emang itu yang gue rasain."

"Bagus dong. Seriusin lah nyet."

"Gue kurang serius apa sih sama dia?"

"Maksud gue, emang lu ngga kepikiran nikahin Tarra?"

Harza hanya terdiam sambil memandang cangkir kopinya, ia berusaha mencerna kata yang keluar dari mulut Anya. Ia kemudian menyadari satu hal, satu kata itu masih membuatnya tidak berkutik.

Menikah.

Seketika benaknya tenggelam pada pada sorot mata Tarra. Sorot matanya yang selalu berbinar ketika ia membicarakan impian dan cita-citanya. Ia tidak ingin sebuah konsep yang bernama pernikahan membuat binar itu memudar. 

Tapi di satu sisi, setiap kali melihat Tarra dalam dekapannya, yang ia lihat hanya masa depannya berdua dengan gadis itu. Sepertinya menikah dengan Tarra bukan suatu hal yang akan sulit ia jalani.

Harza mengulas sebuah senyum dalam lamunannya. Marrying Tarra, sounds great actually.

"Lu ngapain senyum-senyum sendiri?" Anya melambai-lambaikan tangan pada pemuda di hadapannya. "Woy, Nyet, halo!"

Harza seketika tersadar dari lamunannya. "Eh, iya. Apa nyet?"

"Diajakin ngobrol dari tadi."

"Oh iya, sampe mana cerita lu?" Tanya Harza sambil meneguk minumannya lalu berusaha fokus pada cerita gadis di hadapannya.

Tapi otak Harza masih berputar di satu kata, menikah.

***

November 2022. Cambridge.

"Joshua lagi jalan sama Rara ya? Tadi di grup ribut banget." Tanya Bara sambil meneguk kopi panas ditangannya. Tarra hanya mengangguk sambil kembali fokus pada layar laptopnya.

"Woy, markonah. Serius banget sih. Sini ngobrol dulu sama gue." Ucap Bara sekali lagi.

"Rese ya. Gue lagi ngejar deadline nih." Ucap Tarra sambil menekan keyboardnya. "Nah! Udah beres. Iya Bara, ada apa gerangan."

Run Harza Run [completed]Where stories live. Discover now