Chapter 16. Muda 2.0

244 24 2
                                    

Agustus 2021.

Ardner terbelalak kaget ketika mendengar sayup-sayup lagu yang terdengar dari di studio utama. Ia membuka lebar pintu studio yang sudah terbuka setengah itu dan mendapati Harza sedang mendendangkan lagu Rizky Febrian Feat Ziva - Terlukis Indah. Tidak biasanya Harza memasang lagu berbahasa Indonesia di studio mereka. Terlebih lagi lirik lagunya membuat Ardner merinding.

"Za, tumben amat nyetel beginian? Kasmaran lu?" Ucap Ardner sambil meletakkan tas dan peralatan mixing portablenya ke meja studio. Harza yang sedang bersantai di sofa, hanya tersenyum sambil tetap berdendang kecil.

"Biasanya lu pasang Kendrick Lamar, DMX. Tiba-tiba aja bisa pasang Rizky Febrian. Asta tau, abis lu digodain."

"Laah... Lagu kan universal, Ner. Kita tuh harus melokal. Harus tau pasar Indo tuh sekarang kayak gimana." Ucap Harza berkelit.

"Melokal pala you. Bilang aja lagi bucin. Harza bucin era." Ucap Ardner sambil melempar bantal kursi ke arah Harza.

Ardner tidak sanggup lagi meneruskan ketika melihat Harza yang bukannya merasa terganggu, tapi senyumnya semakin lebar. Dapat dipastikan saat ini Harza sedang sibuk dengan Tarra di ponselnya.

***

Muda 2.0 Virtual Meeting

"Hai semua. Cuma mau ngingetin kalo kita bakal closing submission dua hari lagi. Besok sama lusa kerja di apartemen gue aja. Kita finalisasi sama upload dokumen bareng dari situ. Gue udah minta Bang Fikal naikin bandwith internet sih, jadi seharusnya aman."

"Za... Ada yang mau gue omongin." Ucap Ardner.

"Apa?"

"Rizky Febrian Feat Ziva, Terlukis Indah."

"Ner.... Ini kita lagi meeting."

Ardner hanya tertawa melihat tingkah sahabatnya.

"Emang kenapa lagunya, Ner? Enak tau." Sahut Tarra sekenanya.

"NAH! Ketauan emang siapa yang bikin Harza suka nyetel lagu ini di studio." Balas Ardner dengan tergelak.

"Ner......" Harza mulai memasang tampang seriusnya.

"Iya, Harza. Iya gue serius sekarang. Ayo mau update apalagi." Jawab Ardner.

Harza hanya tersenyum dengan sabar dan melanjutkan meetingnya.


"Yaudah segitu dulu ya. Oh, iya. Ada yang disampein ke gue ga? Feel free to talk ya. Soalnya ini kan kerjaan bareng. Kalo ada yang dirasa kurang cocok atau ngga sepaham, ngomong aja sama gue ya." Ucap Harza dengan tersenyum.

Semua peserta meeting hanya menggeleng. Tiba-tiba Galvin menekan tombol raise hand.

"Gaya lu pake neken tombol raise hand segala. Apaan?" Tanya Harza dengan atensi penuh.

"Ada satu yang kurang dari lu, Za." Ucap Galvin dengan nada serius.

"Apa? Coba omongin aja, Vin." Tatap Harza pada sahabatnya itu melalui layar monitor.

Seketika ruangan virtual meeting itu senyap, menanti suara apa yang keluar dari mulut Galvin.

"Elu kurang satu hal."

"Apa?"

"Kurang....istirahat." Jawab Galvin dengan seringai di wajahnya.

Seketika ruang meeting virtual itu penuh decakan dan umpatan. Harza segera mendepak Galvin untuk kedua kalinya dari ruang meeting virtual itu.

Run Harza Run [completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang