Chapter 20. About Moving On

226 22 0
                                    

September 2021. Lombok.

Tarra dan Bara duduk di kursi pantai berpayung yang berada tepat di depan private villa mereka. Mereka hanya menyelonjorkan kaki sambil melepaskan pandangan ke laut. Hugo, Joshua dan Devon sedang bermain air sambil mencoba papan surfing mereka. Sedangkan Bianca hanya duduk di pinggir pantai sambil berjemur.

"Badan gue bentar lagi remuk kayaknya." ujar Bara sambil memijat-mijat pundaknya. "Ta, kok lu bisa sih sehat walafiat ceria bersahaja gini?"

"Hahaha. Makanya olahraga dong, Bar."

"Kan gue olahraga." Balas Bara sambil memasang kacamata hitam di mukanya.

"Lu olahraga jempol doang. Main ps. Buka tinder. Jempol lu bentar lagi sixpack."

Bara menepuk kepala Tarra dengan kindle miliknya. "Kalo gue sixpack takut lu naksir."

Tarra tertawa sambil meneguk minuman dingin yang ada di meja sebelahnya.

"Eh, Bar, by the way, emang lu ga pernah naksir gue?" Tanya Tarra penasaran.

Bara ikut tertawa terbahak-bahak mendengar pertanyaan Tarra. "Iya juga ya. Kok gue ga pernah naksir lu?"

"Kenapa ya?" Tanya Tarra heran. "Gue kurangnya apa?"

"Banyak." Balas Bara singkat sambil terkekeh.

"Apa kurangnya? Kan gue cantik, pinter masak, jago gambar, jago taekwondo. Wifey material."

"Lu sih tukang material." Ucap Bara sambil meneguk minumannya dengan wajah datar.

"Sialan lu, Bar." Jawab Tarra tertawa sambil berusaha menepuk punggung Bara sekuat tenaga.

"TUH KAN BARU DIBILANGIN." Teriak Bara sambil bergerak menghindari Tarra.

"Tapi beneran gue jadi penasaran."

"Apa ya?" Bara ikut mengerutkan keningnya dan meletakkan kindlenya di kursi. Ia lalu menegakkan badannya.

"Menurut gue nih, Ta. Kita kayaknya udah terlalu kenal satu sama lain dari jaman kita masih kecil. Kita semua udah terlalu nyaman sahabatan dan sayang kita ke lu itu udah kayak sayang ke saudara."

"Teruuus..." Bara berhenti sejenak sambil menopang dagu dengan tangannya. "Perumpamaannya gini, kalau otak kita itu komputer, kita udah disetting cuma bisa sayang sebatas sahabat. Ga lebih. Gue paksa-paksa pun, rasa sayang gue mentok disitu aja."

Tarra mengangguk-anggukan kepalanya tanda setuju.

"And the rest of it...destiny. Kita emang ga ditakdirkan untuk saling suka aja. " Ucap Bara sambil mengambil kindlenya dan memasang airpods di telinganya.

Ada seulas senyum manis membingkai wajah Tarra diiringi rasa syukur di hatinya.

"Bar...Bara...." Ucap Tarra sambil menekan-nekan lengan Bara dengan telunjuknya.

"Apaaa... markonaahh..." Balas Bara sambil melepaskan salah satu airpods di telinganya.

"Thanks for always being my best." Ucap Tarra sambil tersenyum tulus.

Bara hanya tertawa sambil memasangkan lagi airpods ke telinganya dan bergumam pelan. "Thank you for always being by my side, Ta."

***

"Gila ya seru banget tadi. Gue ngga nyangka di tempat sesepi ini clubnya malah asik." Ucap Hugo sambil meneguk bir ditangannya dan memandang deburan ombak.

Tarra mengacak-ngacak pasir dengan kakinya lalu menyandarkan badannya pada sandaran kursi teras terluar villanya. Keempat sahabatnya sudah undur diri karena kelelahan.

Run Harza Run [completed]Where stories live. Discover now