PART 6

39.7K 7.1K 465
                                    

Haii, apa kabar? Semoga kalian sehat semua yaaa...Semoga cerita ini bisa menghibur kalian semua...met bacaaa..


Aku mengamatinya lagi. Kemiripan itu bahkan terlihat semakin jelas sekarang setelah aku punya dugaan tentang siapa dia. Senyum miringnya masih tersungging, seolah menantangku untuk mengatakan sesuatu. Dan tiba-tiba aku kebingungan harus mengatakan apa. Aku berdeham, berusaha melonggarkan tenggorokan yang rasanya kering.

"Jadi kamu...hmm...kamu bukan buronan." Astaga, dari sekian banyak hal yang bisa kukatakan, kenapa malah kata-kata itu yang terlontar.

Sepasang mata laki-laki itu berbinar geli. "Bukan," jawabnya singkat.

"Hmm..waktu kamu bilang fotomu sering menghias koran dengan judul Most Wanted. Most wanted seperti apa yang kita bicarakan di sini?" tanyaku lagi.

Dia mengedikkan bahu lalu menjawab. "Most wanted man to kiss, most wanted man to marry, most wanted man to fuck..."

Aku meringis sementara dia terkekeh. Aku yakin dia melihat pipiku yang semakin memerah.

"Most wanted artist, most wanted singer, and the list goes on..." sambungnya lagi.

"Oh, wow." Hanya itu kata yang mampu kuucapkan.

"Yeah, wow." Dia berucap santai lalu matanya menyipit menatapku.

"Setelah semua clue itu, jangan bilang kalau kamu masih belum tahu siapa aku. You hurt my pride, Baby."

Aku menelan ludah. Tampaknya memang benar dia. Nggak salah lagi. Aku bukan orang yang suka mengikuti perkembangan dunia selebriti, apalagi di bidang musik. Sejak Daddy pergi, aku menutup diri dari segala hal yang berhubungan dengan musik.

Well, aku bisa main piano, main gitar, dan bahkan hampir semua alat musik, tapi bukan karena aku berniat mempelajarinya. It just happen. Aku sering ikut Bunda ke café tempat dia menyanyi.

Biasanya beberapa pemain band iseng mengajariku ini itu agar aku nggak bosan. Nggak pernah secara rutin dan aku juga nggak pernah menunjukkan minat lebih tapi anehnya aku bisa. Dulu Daddy pernah bilang kalau aku punya gift dalam bidang musik. Mungkin dia benar.

Impian Daddy adalah agar aku bisa jadi penyanyi hebat karena dia percaya Tuhan memberiku talenta suara indah yang bahkan sudah terlihat sejak aku masih balita. Jadi aku memastikan kalau impian itu nggak akan pernah terwujud.

Mungkin itu salah satu caraku membalas dendam. Dengan mengambil jalan yang berlawanan dengan keinginannya. Entahlah, yang pasti aku nggak pernah menyanyi lagi sejak dia pergi.

Aku juga nggak pernah terlalu mengikuti lagu-lagu yang sedang hits atau penyanyi-penyanyi yang sedang naik daun. Pengetahuanku tentang dunia musik nol besar. Apalagi sejak Bunda sakit, dan nggak menyanyi di café lagi.

Tapi aku tahu tentang dia. Aku rasa nggak ada orang di muka bumi ini yang nggak tahu siapa dia. Suaranya adalah candu bagi para gadis remaja, dan wanita dewasa, dan laki-laki, dan anak-anak dan...yah semua orang yang menyukai musik, atau bahkan juga yang menghindari musik. Seperti diriku. Ya, dia memang seterkenal itu.

Penyanyi pop rock penuh sensasi yang sudah malang-melintang di dunia musik sejak usianya belasan tahun. Lagu-lagunya selalu memuncaki tangga lagu US dan bahkan dunia. Penjualan albumnya selalu mendapat predikat platinum, dan kalau nggak salah dia juga sudah mengantong satu atau dua Grammy Awards.

Aku tahu semua itu bukan karena mengikuti perkembangan karirnya, tapi karena hampir semua temanku menyukai lagu-lagunya dan selalu heboh membicarakan tentang dia dalam berbagai kesempatan. Bisa dikatakan dia adalah idola sejuta umat. Dia adalah...

Broken MelodyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang