PART 13

32.5K 6.6K 326
                                    

Malam semuaaa, masih pada belum tidur kaan? Selamat membacaaa...

Malam harinya suasana terasa berbeda dari malam-malam sebelumnya. Bahkan dari dalam kamar aku bisa mendengar hingar bingar suara musik dan gelak tawa. Aku berusaha menutup telingaku dengan bantal tapi suara-suara itu tetap tak mau hilang. Aku mendesah kesal, tampaknya malam ini tidur nyenyak adalah kemewahan yang nggak akan bisa kudapatkan.

Aku memutuskan untuk membaca tapi suara ketukan di pintu membuatku urung mengambil buku. Aku melangkah menuju pintu dan membukanya. Sama seperti tadi pagi, Daddy yang berdiri di depan kamar, tapi kali ini dia mengenakan setelan tuxedo yang membuatnya terlihat seperti James Bond versi Pierce Brosnan. Ya, dia memang setampan itu.

Apa aku sudah bilang kalau aku benci laki-laki tampan? Belum? Well, aku membenci mereka. Mereka adalah spesies yang diciptakan hanya untuk merebut hati wanita lalu menghancurkannya. Mereka berbahaya. Jadi menjauhlah selagi bisa. Sayangnya aku nggak bisa. Aku terjebak bersamanya. Setidaknya selama empat bulan ini.

"Ya?" Aku mengangkat alisku penuh tanya.

"Dee, aku dan Sofia akan pergi menonton pertunjukan orchestra di LA, apa kamu mau ikut?" tanyanya dengan senyum terkembang.

Aku menatapnya dengan sepasang mataku yang seolah mengatakan 'are you kidding me?'

Daddy menghela napas, senyumnya langsung menghilang. "Ayolah, pasti akan menyenangkan. Dulu kamu suka musik klasik, kamu suka segala jenis musik."

"Dulu Dad. Sudahlah, jangan membahas itu lagi. Aku sedang nggak ingin bertengkar," desahku malas.

Aku tahu Daddy berusaha agar aku merasa betah di sini. Berusaha membuatku jadi bagian dari keluarga. Tapi masalahnya aku nggak ingin merasa betah, nggak ingin jadi bagian dari keluarga. Jadi yang bisa kulakukan sekarang hanya menjaga agar suasana tetap kondusif. Dengan cara menghindari percakapan.

Daddy masih berusaha meyakinkanku tapi aku tetap menolak maka akhirnya dia mengalah. "Fine kalau kamu memang nggak mau. Jangan lupa makan malam, sudah disiapkan di ruang makan. Oh ya, di halaman belakang sedang ada pesta. Tampaknya kamu nggak akan bisa tidur malam ini jadi mungkin sebaiknya kamu bergabung. Kamu bisa berkenalan dengan teman-teman sebayamu, tapi ingat jangan minum minuman beralkohol, kamu belum cukup umur," titahnya.

Aku hanya manggut-manggut, mulai mengerti darimana suara musik yang memekakkan telinga itu berasal.

"Siapa yang ulang tahun?" tanyaku. Sebenarnya nggak sungguh-sungguh ingin tahu, hanya saja nggak sopan rasanya kalau nggak bertanya.

"Ulang tahun?" Daddy menatapku dengan wajah bingung.

"Pesta itu, untuk merayakan ulang tahun siapa?" tanyaku lagi.

"Oh, nggak ada yang ulang tahun. Tessa dan Livia sering mengadakan pesta. Itu hal biasa di sini. Nggak perlu event khusus, mereka hanya senang berkumpul dengan teman-teman mereka," jelasnya.

Kembali aku hanya manggut-manggut. Aku belum pernah datang ke pesta semacam itu. Pesta yang pernah kudatangi hanya pesta ulang tahun teman-temanku atau pesta pernikahan teman Bunda. Tampaknya gaya hidup kami memang sangat berbeda.

"Darling, aku sudah siap. Kita berangkat sekarang?" Sofia muncul dengan gaun hitamnya yang anggun. Rambut pirangnya digelung di tengkuk dengan beberapa helai berjatuhan membingkai wajahnya. Dia terlihat sangat cantik dan menawan. Aku melirik Daddy yang menatapnya terkesima dan hatiku pun kembali berserakan.

Daddy merangkul pinggang Sofia, memberinya ciuman mesra dan menggumamkan betapa cantiknya dia. Aku menunduk, nggak sanggup melihatnya.

"Kamu ikut Dee?" Sofia bertanya lembut. Aku hanya menjawab dengan sebuah gelengan pelan.

Broken MelodyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang