Bab 52

24.5K 3.8K 256
                                    

Haii....hai..maafkan lama banget nggak update nih, thank you buat yang selalu sabar nungguin cerita ini. Oh yaa aku mau kasih info kalau ceritaku yang judulnya Mungkin Suatu Hari Nanti diangkat jadi series. Seneng banget dapet kesempatan ini. Seriesnya akan tayang di Vidio mulai 18 Maret 2023, trailernya sudah bisa kalian saksikan di instagram Vidiodotcom. Jangan lupa nonton yaaaa. Dan hari ini jam empat sore akan ada press conference dan premiere di bioskop XXI Trans Studio Mall Cibubur jam 16.00. Buat yang rumahnya dekat dengan lokasi, bisa banget datang dan meramaikan. Terima kasih.

 Terima kasih

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

MELODY

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

MELODY

Aku nggak tahu apa masih ada restoran yang buka selarut ini, tapi ternyata Daddy mengajakku ke sebuah restoran Italia mungil di pinggiran kota. Dia bilang dia kenal pemiliknya. Restoran itu sudah tutup saat kami datang, tapi seorang laki-laki tua yang rambutnya sudah sepenuhnya memutih langsung membukakan pintu begitu Daddy menelepon.

Daddy mengenalkanku pada laki-laki itu. Dia pemilik restoran, namanya Pablo. Aku dan Daddy lalu duduk di salah satu sudut, sementara Steve duduk di dekat pintu sambil mengawasi situasi. Aku menatap sekeliling ruangan. Restoran ini nggak terlalu besar, hanya ada beberapa meja dan kursi, tapi suasananya sangat nyaman, hangat dan entah kenapa mengingatkanku akan masa lalu. Mungkin karena interiornya yang terkesan oldies atau vintage, dengan dinding bata merah, jendela bertirai kotak-kotak, lampu-lampu klasik dan bahkan ada gramofon di salah satu sudut ruangan.

"Sejak kecil, aku sering makan di sini bersama Ibuku. Aku nggak terlalu ingat tentang ayahku karena dia meninggal waktu aku masih sangat kecil. Rumahku dulu dekat sini sebelum kami pindah ke rumah Sofia karena Ibuku diterima bekerja di sana. Tapi bahkan setelah pindah, jika ada waktu libur, Ibu masih sering mengajakku makan di sini." Daddy menjelaskan.

Aku hanya mengangguk, berusaha membayangkan sosok Daddy waktu masih bocah tapi nggak ada bayangan yang terbentuk. Aku baru sadar, aku bahkan nggak pernah melihat foto masa kecilnya atau cerita-cerita tentang kehidupannya di masa lalu. Aku bahkan nggak tahu tentang orang tuanya atau dimana dia tinggal semasa kecil. Dia menutup masa lalunya rapat-rapat saat hidup bersamaku dan Bunda. Well, setidaknya padaku. Dia bilang dia menceritakan segalanya pada Bunda. Aku menghela napas, hubunganku dengan Daddy sudah sangat retak, ada terlalu banyak hal yang harus diperbaiki, hingga aku nggak tahu harus mulai dari mana.

Broken MelodyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang