PART 9

35.2K 6.1K 248
                                    

GRAYSON

Studio musikku adalah salah satu ruangan di dalam rumah di mana aku menghabiskan sebagian besar waktuku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Studio musikku adalah salah satu ruangan di dalam rumah di mana aku menghabiskan sebagian besar waktuku. Aku suka mengurung diri di sini, menciptakan lagu seorang diri. Sejak kecil, aku sudah terbiasa dengan kesendirian. Lone Wolf itu judul album pertamaku.

Aku memang tipe yang lebih memilih mengerjakan segala sesuatu sendirian. Aku merasa lebih bebas berekspresi. Dan aku sangat egois dengan musikku. Itu salah satu alasan kenapa aku nggak mau membentuk grup band. Aku merasa nggak terlalu nyaman bekerja dalam tim.

Aku meletakkan kertas bertuliskan notasi di atas stand partiture. Aku lalu mengambil gitar elektrik, menyambungkannya dengan komputer kemudian mengalungkan gitar itu di pundakku. Saat jemariku mulai memetik senar, menyuarakan notasi demi notasi yang tertulis di atas kertas, jiwaku pun melayang meninggalkan ragaku.

Alunan nada-nada yang kaya akan rasa selalu memberi efek seperti itu padaku, membuatku tenggelam, melupakan segala yang ada di sekelilingku. Dan nada-nada yang mengalun dari gitarku saat ini adalah untaian melodi yang mengandung berjuta perasaan. Begitu pekat hingga menyayat hatiku.

Mataku terpejam, aku bahkan nggak perlu melihat kertas, melodi itu terukir jelas di kepalaku. Melody. Jemariku menari di atas senar gitar sementara aku membiarkan pikiranku melayang. Pada sebentuk wajah yang mempunyai nama begitu indah. Melody. Nama yang sangat cantik. Secantik parasnya.

Ya Tuhan, saat pertama kali melihatnya, aku merasa seperti ada kepalan tangan tak kasat mata bersarang di perutku. Aku tertohok. Terpesona melihat rambut panjangnya yang sehitam tinta, bibir merah basahnya yang seranum cherry, kulit coklat keemasannya yang semulus porselen, tubuh sintalnya yang berlekuk indah bagai gitar kesayanganku dan tentu saja mata coklat beningnya yang seakan menyihirku, membuatku meleleh jadi gumpalan debu.

Fuck, gadis itu berbahaya. Aku bahkan nggak yakin kalau dia nyata. Rasanya mustahil ada manusia yang bisa membuatku merasakan hal-hal seperti yang kurasakan sekarang. Jadi mungkin dia malaikat yang jatuh dari langit. Well, malaikat yang sangat seksi tentu saja.

Cantik, seksi dan misterius. Perpaduan yang mematikan. Kalau aku bijaksana, akan lebih aman kalau aku menjauh. Gadis itu terlihat rumit, dan aku nggak pernah suka segala hal yang rumit. Belum lagi air matanya, biasanya aku akan langsung mengambil langkah seribu jika ada seorang gadis menangis. Aku nggak terlalu suka hal-hal berbau emosional.

Tapi air mata gadis itu malah membuatku ingin memeluknya, ingin melindunginya, ingin mengusir apa pun yang membuatnya bersedih dan mengatakan padanya kalau segalanya baik-baik saja.

Tampaknya memang nggak ada kebijaksanaan dalam diriku karena menjauh adalah hal terakhir yang ingin kulakukan. Bukan berarti aku punya pilihan. Gadis itu sudah merampas pilihan itu dariku begitu aku menatap matanya.

Bayangan tentang Melody terus menghantuiku di sepanjang melodi yang kumainkan. Saat notasi terakhir mengalun, tubuhku rasanya luluh lantak dilingkupi emosi yang meluap-luap. Aku merinding oleh intensitas perasaan yang terkandung dalam komposisi musik yang begitu indah. Damn, aku rasa aku sudah menciptakan sebuah masterpiece.

Broken MelodyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang