Bab 26

32.6K 6.2K 297
                                    

Selamat Idul Fitri buat yang merayakan. Mohon maaf lahir dan batin.

GRAYSON

I'm hard as fuck right now. Di bawah sana kejantananku meregang hingga urat-uratnya bertonjolan, bagian kepalanya bengkak dan merah seakan marah. Bahkan air dingin dari shower yang saat ini mengguyur tubuhku, nggak mampu membuatnya sedikit mengendur. Aku meringis karena ngilu. No joke. Sakitnya luar biasa. Aku butuh melakukan sesuatu sebelum kepalaku pecah menahan siksaan yang kurasakan sejak semalam, dan semakin parah pagi ini. All because of Melody.

Aku menggeram lalu mencengkram batang keras yang menggantung di antara kedua pahaku dengan kepalan tangan. Tanganku yang lain bertumpu di dinding marmer kamar mandi lalu aku menyandarkan keningku di atasnya. Air shower masih mengguyur deras saat kepalan tanganku mulai bergerak, maju mundur, awalnya lambat lalu semakin lama semakin cepat.

Aku berusaha membayangkan sosok wanita seksi tak berwajah, tapi dalam sekejap wanita fantasiku menjelma menjadi sosok yang mempunyai wajah sangat cantik. Secantik Melody. Atau dia memang Melody. Whatever. Sekarang bukan waktunya berdebat, aku membiarkan khayalanku berkelana bebas. Pada celana dalam mungil warna peach, sangat tipis dan basah hingga nggak mampu menyembunyikan apa yang ada di dalamnya, juga pada payudara bulat penuh dengan puting mencuat kurang ajar tercetak jelas di kain dress yang basah, juga pada bibir ranum merah jambu yang terasa sangat manis saat kusentuh dengan bibirku. Aku nggak akan menyebutnya ciuman, sentuhan itu bahkan hanya beberapa detik, tapi efeknya membuatku nggak bisa tidur semalaman.

Bagaimana kalau nanti aku benar-benar menciumnya? Atau melakukan lebih dari ciuman?

Bayanganku berkembang semakin liar dan kepalan tanganku pun memompa semakin cepat. Napasku menderu, keningku berkerut, mataku terkatup, lalu erangan lirih meluncur dari bibirku saat kenikmatan mulai menyelimutiku.

"Fuck Melody....fuck...fuck..fuck...fuuuck." Aku terengah saat cairanku menyembur, sangat deras hingga seakan nggak ada habisnya, memercik ke dinding, jatuh ke lantai, lalu akhirnya hilang tersapu aliran air.

Napasku masih tersengal tapi tubuhku rasanya lebih ringan. Di bawah sana kejantananku mulai mengendur, walau masih setengah keras. Tampaknya aku masih butuh ronde kedua. Atau lebih baik lagi, butuh sosok Melody yang asli dan bukan sekedar fantasy. Aku berdecak frustrasi. Sial, gadis itu benar-benar membuatku gila.

Aku keluar dari kamar mandi lalu mengambil kaos hitam dan celana pendek jeans belel dari lemari. Sambil mengenakannya, otakku sudah mulai merencanakan menu sarapan yang akan aku masak. Roti, sosis, irisan bacon, ham, omelet, kentang panggang dan kopi. Ya, setelah energiku terkuras habis tadi di kamar mandi, aku rasa aku butuh asupan gizi yang tinggi. Melody juga pasti suka. Menyenangkan rasanya punya teman yang bisa diajak ngobrol saat makan. Sejak Grandma meninggal, aku lebih sering makan sendirian.

Aku bersiul penuh semangat, hendak melangkah keluar kamar saat dering handphone-ku terdengar. Aku menghela napas, sudah pasti itu Alex yang nggak henti-henti menghubungiku karena Willian nggak henti-henti menghubunginya. Aku mengambil handphone yang tergeletak di tempat tidur lalu melihat layarnya. Ternyata bukan Alex, tapi Mom. Mood-ku langsung berantakan. Dengan malas aku mengangkatnya.

"Gray, aku baca berita tentang kamu dengan seorang gadis bernama Melody. Siapa dia? Kalian benar pacaran? Aku nggak habis pikir kenapa kamu memilih gadis itu sebagai pacar. Dia kelihatan biasa saja. Dan dia memakai baju produksi masal yang nggak jelas brand-nya. Aku yakin dia bukan dari keluarga berada. Dia hanya akan memoroti uangmu, Gray. Kamu harus hati-hati." Mom langsung mengomel panjang lebar sebelum sempat aku bicara.

Broken MelodyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang