PART 21

34.6K 6.9K 946
                                    

Aku turun dari mobil van hitam berkaca gelap yang mengantarku dari hotel menuju rumah. Tadi Grayson ngotot ingin mengantarku pulang, tapi Alex dan Jenny langsung melarang. Sebelum klarifikasi dibuat, mereka nggak ingin kami terlihat bersama dulu. Aku sependapat dengan mereka. Kalau bisa aku malah ingin selamanya nggak terlihat bersama Grayson lagi. Karena kalah suara, akhirnya Grayson mengalah. Jadi mobil van lengkap dengan supir ini yang menantiku saat Alex mengantarku keluar hotel lewat pintu karyawan. Syukurlah aku bisa kabur tanpa kesulitan.

Sekarang tentu saja ada masalah lain yang harus kuhadapi. Sedari tadi aku mengabaikan telepon dan pesan dari Daddy yang bertubi-tubi menyerbu handphone-ku sejak berita tentangku dan Grayson tersebar. Aku yakin mereka semua sedang menungguku di dalam sekarang dan mengharapkan penjelasan tentang apa yang sebenarnya terjadi.

Aku menghela napas lalu melangkahkan kakiku masuk ke dalam rumah. Benar saja, semua sedang berkumpul di ruang keluarga. Mata Livia bengkak seperti habis menangis. Sofia terlihat berusaha menenangkannya. Tessa duduk di pojok dengan wajah muram sementara Daddy berjalan mondar-mandir sambil bicara di telepon dengan nada marah.

"Tuntut semua media yang menyebarkan berita bohong itu......Iya, aku yakin itu berita bohong......No, aku belum berhasil menghubungi Melody, tapi dia dan Grayson bahkan nggak saling mengenal, jadi bagaimana mungkin mereka bisa pacaran?.......I don't care, okay? Kamu pengacaraku, jadi sudah tugasmu...."

Suaranya terhenti saat dia melihatku. Dia langsung mematikan sambungan telepon lalu melangkah menghampiriku.

"Marsmelo, Baby, kamu dari mana saja? Kenapa nggak mengangkat teleponmu? Apa kamu baik-baik saja?" Wajahnya terlihat sangat khawatir hingga untuk sesaat aku jadi terlempar ke masa lalu. Saat aku masih jadi dunianya. Aku berusaha menyingkirkan kenangan itu karena hanya akan membuka luka yang sudah susah payah kurekat kembali.

"Aku baik-baik saja," jawabku lirih.

"Kamu baik-baik saja? Harusnya kamu nggak baik-baik saja setelah apa yang kamu lakukan padaku." Livia berdiri, sepasang matanya menatapku penuh kebencian.

"Ya Tuhan, kamu benar-benar bermuka dua. Kamu pura-pura nggak menyukai Grayson tapi di belakangku ternyata kamu merayunya. Kamu bahkan mau dibawa ke hotel padahal kalian baru kenal. Dasar perempuan murahan perebut lelaki orang."

"Liv, enough!" Daddy membentak Livia dengan wajah merah padam.

"No, it's not enough. Sejak dia datang, segalanya jadi tentang dia. Daddy selalu meminta kami bersabar. Tapi aku nggak sanggup lagi. Aku nggak tahan dengan sikapnya yang penuh kebencian dan kemarahan. Aku yakin dia melakukan ini hanya untuk menyakitiku. Dan ini semua salah Daddy. Kenapa membawanya datang ke sini mengganggu kebahagiaan keluarga kita? Why? Why? Whyyy?" Livia menjerit dengan berurai air mata.

"Tapi dia putriku, Liv."

"Lantas aku bukan putrimu?"

"Tentu saja kamu putriku. Kalian bertiga adalah putriku."

"Lalu kenapa kamu malah membelanya? Jelas-jelas kali ini dia yang bersalah. Dia merebut Gray dariku."

"Aku yakin dia nggak melakukan itu. Ini semua pasti hanya salah paham. Kita bicarakan baik-baik, okay?" pinta Daddy sambil memijat keningnya lelah.

"Daddy-mu benar Liv, nggak ada gunanya saling menyalahkan. Aku yakin Melody bisa menjelaskan. Dee, ayo sini duduk dulu." Sofia berusaha menengahi.

Dengan gemetar, aku melangkah lalu duduk di salah satu sofa. Sedari tadi aku diam, tapi mendengar ledakan amarah Livia membuat dadaku bergemuruh oleh amarahku sendiri. Aku bahkan nggak merasa kesal karena mendengarnya menyebutku perempuan murahan. Tapi mendengarnya mengatakan aku pengganggu kebahagiaan keluarga mereka?

Broken MelodyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang