Part 51

36.9K 4.2K 213
                                    

Ada kelegaan luar biasa yang kurasakan ketika tiga kata itu terlontar. I forgive you. Aku memilih untuk memaafkan. Aku melakukannya bukan hanya untuk Daddy, tapi untukku. Karena aku ingin terbebas dari jutaan pertanyaan mengapa. Karena nggak akan pernah ada jawaban yang bisa memuaskan hatiku. Karena masa lalu nggak mungkin terulang lagi, maka aku ingin menjalani hari-hari yang terbentang di depanku dengan hati lapang. Forgiveness is a gift you give to yourself. Aku pernah membaca quotes itu di sebuah buku, tapi baru detik ini aku menyadari betapa benarnya kalimat itu. Hari ini aku memberi diriku hadiah yang paling berharga, ketenangan batin.

Entah mengapa, setelah mendengar tiga kata itu dari bibirku, tubuh Daddy malah berguncang semakin hebat. Syukurlah orang-orang di kanan kirinya juga larut dalam tangis haru hingga nggak menyadari betapa tangis Daddy punya arti jauh lebih dalam. Aku sungguh-sungguh berharap, Daddy juga bisa merasakan apa yang kurasakan sekarang. Aku berharap dia bisa memaafkan dirinya sendiri. Karena saat ini aku sepenuhnya menyadari, melihatnya menderita bukanlah sesuatu yang membuatku bahagia.

Aku menghembuskan napas panjang. Nggak ada lagi sesak yang mengganjal di dada. Senang rasanya bisa menghirup udara dengan sebebas-bebasnya.

"Bad things will happen in life, people will hurt you. We can't stop them from happening. We can't control it. Yeah..I know it sucks, but it's life." Suara Gray terdengar di tengah melankolisnya suasana.

"What we can control is how to deal with it. And my Melody here choose to be brave and forgive, because no matter what, life goes on and we need to move on. I'm so proud of you, Babe."

Gray merentangkan kedua tangannya. Aku tersenyum haru lalu melangkah masuk ke dalam pelukannya. Kedua tangannya membungkusku erat, bibirnya berbisik di telingaku, mengucapkan kalimat-kalimat yang membuat hatiku menghangat. Tentang betapa beraninya aku, betapa bangganya dia padaku, dan betapa beruntungnya William punya putri sepertiku.

Aku membutuhkannya. Pelukan hangatnya dan kalimat-kalimatnya yang membesarkan hatiku. Sejak Bunda meninggal, aku selalu merasa sendirian. Merasa nggak punya siapa-siapa yang sungguh peduli padaku. Terlalu takut berharap pada seseorang karena takut dikecewakan. Namun saat ini, untuk pertama kalinya hatiku berani mengakui, aku punya Gray, aku juga punya Daddy. Aku nggak lagi mengarungi dunia luas ini seorang diri. Aku melepaskan diri dari pelukan Gray untuk kembali bicara pada penonton.

"Waktu aku kecil, ayah dan ibuku mengajariku sebuah lagu tentang harapan. Lagu yang mengajarkan pada kita agar jangan pernah berhenti berharap, jangan pernah berhenti bermimpi. Lagu ini selalu mereka nyanyikan sebagai lagu pengantar tidurku." Aku menatap Daddy, mengembangkan senyum termanis di bibirku. Daddy membalasnya dengan seulas senyum sendu diiringi butiran air mata yang masih mengalir di pipinya.

"Aku pernah ada di satu titik di mana aku takut untuk bermimpi dan berharap. Kehidupan membuatku pesimis harapan dan impian itu bisa terwujud. Tapi belakangan ini, aku mulai punya keberanian untuk bermimpi lagi. Dan bisa berdiri di sini, adalah salah satu impianku yang jadi kenyataan. So sometimes life does sucks, but those times eventually pass. Jangan pernah berhenti berharap, jangan pernah berhenti bermimipi. Segalanya akan indah pada waktunya. Seindah sebuah tempat di atas pelangi. This song's for you, Bunda and Daddy, Somewher Over the Rainbow."

Tepuk tangan kembali bergemuruh. Gray menyerahkan sebuah gitar untukku. Aku meraihnya lalu duduk di sebuah kursi tinggi yang sudah diletakkan di tengah-tengah panggung. Gray menghilang ke belakang panggung, meminjamkan panggung megahnya untukku. Suasana di atas panggung begitu pekat, hanya diterangi sebuah lampu sorot yang menyirami sosokku.

Aku mulai memetik gitarku, memainkan intro Somewhere Over the Rainbow yang sudah aku kuasai sejak masih balita. Dalam sekejap aku sudah terhanyut dalam indahnya melodi, suaraku refleks mengalun, mengikuti setiap untaian nada dengan penuh perasaan.

Broken MelodyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang