❝ Kamu dan segala kenangan yang tersisa ❞
⚠️TIDAK UNTUK DIPLAGIAT⚠️
Ini Cerita keduaku, cerita yang sangat ingin ku tulis sejak lama namun baru sekarang aku berani untuk mem publikasi-kannya.
Ini tentang cerita yang diangkat berdasarkan nyata dan ju...
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
~•••****•••~
"Mah hari ini, aku mau lakuin hd ditemenin sama Jehan. Mamah gak perlu khawatir, mamah ke kantor aja, nanti kalau ada sesuatu Hera minta Jehan buat telepon mamah." ucap Hera diselah pintu kamar Alora.
Alora yang tengah bersiap untuk pergi kekantor, dengan cepat menghampiri Hera.
"Harus ditemani saya juga Hera, saya gak bisa percaya gitu aja sama anak itu." sahut Alora pada anaknya itu.
Hera mengedipkan matanya beberapa kali pada Alora dengan wajah bengong, "tapi itu keinginanku mah, sumpah nanti juga aku minta Arya datang kok. Mamah juga nanti bisa jemput aku hm?"
Dengan berat hati Alora mengangguk, dan berpesan pada Hera untuk baik-baik menjalani hd hari ini walaupun tanpa Alora. Padahal Hera dulu selalu tanpa Alora, tapi kenapa mamahnya itu sangat khawatir sekali.
Jehan tengah duduk dikursi yang ada diteras rumah Hera terkesiap melihat Alora keluar dari dalam rumah.
"Pagi Tante." sapanya pada Alora.
Dengan wajah datar, Alora mengangguk pelan.
"Kamu yang nemanin Hera hd hari ini?" Jehan mengangguk.
"Kalau ada apa-apa telepon saya langsung, hati-hati bawa motornya. Harusnya kamu naik mobil saja biar Hera lebih aman, dan nanti jangan sibuk sendiri, kalau Hera butuh sesuatu cepat lakukan dan--"
"Mah." sahut Hera dari belakang Alora.
"Khawatir boleh, tapi jangan kayak gini." cetusnya dingin.
"Saya pergi kalau begitu, ingat saya percayakan anak saya pada kamu." ucap Alora sebelum berlalu.
"Mama mu agak serem ya Hera." Jehan tersenyum miring melihat kepergian Alora.
"Kita juga harus pergi Jehan, Lo beneran gapapa nemenin gue nih?" tanya Hera memastikan.
"Ya gapapa kali, gue juga penasaran mau kemana sih kita?" tanya Jehan penasaran.
"Jehan bodoh, apa dia beneran gak tau hd?"
****
"ARYA!!"
Mendengar panggilan cukup keras seperti itu membuat Arya, Yolan dan Alora mengalihkan pandangan mereka secara bersamaan. Ketiganya melihat Hera yang berdiri dalam jarak dua meter lebih dari mereka bertiga.
