10. Perang Dingin

9.9K 744 25
                                    

"Please don't be in love with someone else."
~
TAYLOR SWIFT
_____________________________

PADA akhirnya rooftop akan selalu menjadi pilihan Kanaya dan Herzkiel untuk menenangkan diri

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

PADA akhirnya rooftop akan selalu menjadi pilihan Kanaya dan Herzkiel untuk menenangkan diri. Herzkiel membawa Kanaya untuk mendekat ke balkon, kemudian melepaskan penyatuan tangan mereka.

"Teriak sekeras yang lo mau, gue bakal pura-pura nggak denger."

Herzkiel menatap mata Kanaya yang mulai memerah dan berkaca-kaca. Perhatian pria itu benar-benar berhasil membuat hati Kanaya semakin renyuh, gadis itu menggelengkan kepalanya lemah menolak sebelum menangis terisak tanpa menutupi wajah, tidak seperti yang biasanya ia lakukan.

"Bertahun-tahun aku udah ngerahasian perasaan aku yang sebenernya dari dia... gimana bisa kebongkarnya dengan cara yang kayak gini?"

Herzkiel terdiam selama beberapa detik untuk menyerap dan mengartikan maksud perkataan Kanaya. Lantas kemudian pria itu tersenyum miris, ternyata tebakannya benar, orang yang disukai oleh Kanaya adalah Abhim.

"Abhim pasti kecewa sama aku kan, Kak?"

Kanaya menatap Herzkiel untuk meminta jawaban dari sudut pandang orang lain.

"Gue nggak tau," sahut pria itu apa adanya.

"Tadi dia baca bukunya..."

Tangisan Kanaya mengeras di kala ia mengingat kembali kejadian memalukan itu. Sepertinya Herzkiel sadar bahwa dirinya telah memberikan tanggapan yang salah, makanya pria itu segera memperbaiki ucapannya.

"Kalaupun iya, dia nggak punya hak untuk kecewa, perasaan itu punya lo, dan itu hak lo mau jatuh cinta sama siapa."

Herzkiel menghela napasnya lega ketika kalimat panjangnya itu berhasil membuat Kanaya berhenti menangis. Namun, perasaan lega itu hanya bertahan sesaat karena tiba-tiba gadis itu kembali menangis dan menutupi wajahnya.

"Aku malu banget karena udah ngaku-ngaku jadi pacar Kakak tadi," ujarnya membuat Herzkiel yang awalnya keheranan pun langsung mengerti.

"Terus gue harus gimana?"

Bukannya menenangkan, Herzkiel malah balik bertanya dengan wajah datar andalannya, mau bagaimanapun ini adalah pengalaman pertamanya untuk menghadapi emosi seorang perempuan yang begitu mudah berubah-ubah.

Sudah lima menit lebih mereka berada di posisi yang sama, Herzkiel merasa tidak tega melihat Kanaya yang terus menutupi wajahnya sendiri, ia tentunya merasa khawatir gadis itu akan kesulitan untuk bernapas jika terus-menerus seperti itu.

"Masalah itu nggak usah lo pikirin."

Kanaya menggeleng kuat dan berbicara dengan wajah yang masih tertutup.

"Gimana nggak dipikirin? Jelas-jelas semua orang di kelas denger pernyataan aku yang bilang kalau Kakak itu pacar aku."

Herzkiel mengamati Kanaya yang masih setia di posisinya dengan senyum tertahan. Entahlah, meski hatinya terasa sakit, ia masih juga ingin tertawa melihat tingkah menggemaskan gadis itu.

Herzkiel [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang