09. Pacar Pura-Pura

10.2K 833 47
                                    

"To the man who let her go, I'm thanking you the most."
~
TYLER SHAW
_____________________________

DUA insan itu pun pergi ke kassa usai membeli keperluan mereka

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

DUA insan itu pun pergi ke kassa usai membeli keperluan mereka. Seperti biasa, sebelum Kanaya mengeluarkan uangnya dari dalam dompet, Herzkiel sudah lebih dulu mengulurkan black card miliknya pada sang kasir.

"Harusnya aku yang bayar kali ini," protes Kanaya.

"Lain kali aja," sahut Herzkiel yang membuat Kanaya tidak bisa lagi berdebat.

"Mau pakai kantong atau langsung masuk ke dalam tas aja belanjaannya, Mbak, Mas?"

Tidak ingin menambah hutang meski hanya beberapa perak membuat Kanaya lekas menanggapi ucapan sang kasir. "Masuk tas aja, Mbak."

Lantas cokelat-cokelat itu pun diberikan pada Kanaya. Seraya memasukkan belanjaannya ke dalam ransel, Kanaya mulai menyadari ada sesuatu yang hilang dari dalam sana, dan sesuatu itu sangat berarti baginya.

"Kenapa?"

Herzkiel penasaran ketika melihat gerak-gerik Kanaya yang panik seperti mencari barang yang hilang.

"Buku diary-ku hilang, Kak."

"Lo yakin lo taruh dalam tas?"

Kanaya langsung menyahuti pertanyaan Herzkiel dengan sebuah anggukkan.

"Tadi pagi sengaja aku bawa karena kupikir bakal ada jam kosong, jadi bisa aku gunain untuk nulis."

Herzkiel mengajak Kanaya menepi karena tak enak dipandang oleh orang-orang yang mengantre di belakang mereka.

"Gue anter ke sekolah, siapa tau ketinggalan di sana."

Kanaya menggelengkan kepalanya, tidak ingin membuat Herzkiel ikut kerepotan karena kelalaiannya.

"Aku bisa sendiri kok, Kak, Kakak pulang aja, Tante Utami pasti udah nungguin dari tadi."

Kanaya menggigit bibir bawahnya khawatir. Sejujurnya, ia sendiri ingin sekali menerima bantuan dari Herzkiel karena ia pun takut untuk memesan ojek online jika hari sudah petang seperti ini. Beruntung, Herzkiel merupakan sosok yang peka.

"Gue juga perlu ngambil sesuatu di sana, sekalian aja."

Mendengar itu perasaan Kanaya pun lega, ia lantas menganggukkan kepalanya dan mengikuti Herzkiel pergi ke parkiran untuk mengambil mobil.

Sesampainya di dalam mobil, Herzkiel mendapati Kanaya yang masih tidak tenang, ia berusaha mencairkan suasana meski perkataannya malah membuat Kanaya semakin tertekan.

"Emangnya sepenting itu?"

"Apanya, Kak?"

"Diary lo."

Butuh waktu beberapa detik bagi Kanaya untuk menimbang-nimbang dan menjawabinya dengan jujur.

"Aku nulis nama orang yang aku suka di setiap lembar diary itu, aku takut buku itu sampai di orang yang nggak tepat dan isinya tersebar."

Herzkiel [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang