47. Bulan Madu

8K 377 39
                                    

MALAM pertama seharusnya menjadi pengalaman yang paling indah, setidaknya itu yang ada di pikiran Kanaya ketika ia fokus membilas busa sabun yang menyelimuti tubuh indahnya. Perasaan takut dan gugupnya semakin menjadi-jadi ketika ia mulai mengeringkan tubuhnya dengan posisi menghadap ke arah kaca.

Sebenarnya apa yang harus ia lakukan di situasi ini? Pikirannya benar-benar kosong. Ia kemudian memakai baju tidur dan mengeringkan rambutnya menggunakan alat pengering sebelum memutuskan untuk keluar dari kamar mandi.

Herzkiel terlihat sedang duduk di sofa sembari menonton acara televisi. Pandangan mereka bertemu dan entah mengapa tiba-tiba pria itu merasa haus dan berujung menelan ludahnya sendiri.

"Kakak ngapain?"

Itu adalah sebuah pertanyaan yang bodoh, Kanaya mengakuinya. Namun, apalagi yang bisa ia katakan di saat otaknya sibuk melayang kemana-mana.

"Nonton berita," sahut Herzkiel sebelum mengalihkan pandangannya kembali menuju televisi.

Kanaya menyentuh tengkuknya kikuk. Ia berdiri di depan pintu kamar mandi cukup lama sebelum memutuskan untuk bergabung duduk tepat di sebelah suaminya.

"Seru banget, ya?" tanyanya sembari bersandar di pundak Herzkiel.

Kanaya dapat merasakan seberapa tegang bahu Herzkiel. Namun, ia bersikap seolah tidak tahu apa-apa dan menahan senyum gelinya.

"Nggak juga," jawabnya tanpa menoleh sedikitpun.

"Ohh..."

Keduanya kembali hening dengan posisi Kanaya yang terus memandang wajah Herzkiel, sedangkan pria itu malah menatap ke layar televisi.

"Kakak kepanasan, ya?"

Kanaya yang melihat pelipis Herzkiel mengeluarkan bulir keringat lantas mengulurkan tangannya. Namun, pria itu buru-buru menjauh hingga kepala Kanaya tanpa sengaja terbentur dengan punggung sofa.

"Kak Kiel kenapa, sih?"

Kali ini Kanaya memasang wajah cemberut. Menurutnya, orang yang seharusnya bertingkah malu-malu adalah perempuan dan pria wajib memulai dan merayu lebih dulu.

"Nggak papa. Maaf, sakit nggak, kepalanya?"

Meski masih merasa canggung, Herzkiel tak mampu mengabaikan perasaan khawatirnya. Ia kembali mendekati sang istri dan memeriksa kepalanya yang ternyata baik-baik saja.

Kanaya tiada hentinya menatap wajah sang suami di kala Herzkiel mengusap-usap kepalanya dengan kelembutan. Setelah beberapa detik pandangan keduanya bertemu akibat Herzkiel yang menurunkan pandangannya. Mereka berada di dalam posisi yang sama selama beberapa menit.

"Kak..."

"Aku berusaha keras untuk membuang jauh-jauh pikiran kotorku tentang kamu, Na, tapi rasanya terlalu sulit. Jadi, kalau kamu nggak bermasalah—"

"Pikiran kotor bukan sebutan yang tepat karena aku dan Kak Kiel udah sah menjadi sepasang suami-istri."

"Kamu pikir begitu?"

Kanaya menganggukkan kepalanya.

Tatapan Herzkiel turun menuju bibir ranum Kanaya. Tanpa sadar ia telah meneguk ludahnya sendiri sebelum mengulurkan tangannya untuk menyentuh wajah sang istri, lalu menariknya lembut untuk menempelkan bibir mereka.

Kanaya tidak pernah menonton film dewasa. Itu yang ada di benak Herzkiel ketika Kanaya terus-menerus kesulitan mengimbangi cumbuan darinya. Namun, itu bukan masalah, malah Herzkiel senang mengetahui hal tersebut, biarlah dia yang mengajarkan semua itu secara privat pada Kanaya.

Herzkiel [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang