25. Goyah

5.6K 438 26
                                    

"I can't save us, my atlantis, we fall. We built it up on shaky ground."
~
SEAFRET
_____________________________

KANAYA menatap ragu ke arah knop pintu rumah mewah yang ada di depannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

KANAYA menatap ragu ke arah knop pintu rumah mewah yang ada di depannya. Ada perasaan ingin kembali sebelum Abhim sempat melihatnya. Namun, ketika mengingat Herzkiel yang mengizinkannya untuk pergi, gadis itu pun mengurungkan niatnya dan membuka pintu yang ia yakini tidak terkunci.

Cklek!

Kanaya masuk ke dalam dan langsung menemukan Abhim sedang terkulai lemas di sofa. Ujung bibirnya terlihat memar dan mengeluarkan sedikit darah.

"Bhim..."

Abhim menyadari kehadiran Kanaya dan hendak mengubah posisinya andai saja gadis itu tidak segera menahannya untuk kembali berbaring.

Abhim tersenyum tipis sembari menghela napasnya lega. Ternyata benar, Kanaya masih menyukainya.

"Sini, Nay."

Abhim menggapai tangan Kanaya, lalu menarik gadis itu untuk duduk di sofa dan menjadikan paha Kanaya sebagai bantalan untuk kepalanya.

"Kenapa bisa gini?" Kanaya menyentuh luka Abhim dengan raut wajah yang dipenuhi dengan kekhawatiran.

"Ceritanya panjang."

Kanaya menghela napas mendengar jawaban itu. Tangannya beralih untuk mengambil obat dalam bentuk salep dan mengaplikasikannya menggunakan cotton bud.

"Lo khawatir?"

Pertanyaan itu tiba-tiba saja keluar dari bibir Abhim ketika pria itu menyadari bahwa mata Kanaya mulai berkaca-kaca, menandakan bahwa sang empu sedang menahan tangis.

"Nay..."

Abhim bangkit dari posisinya, lalu menggapai wajah mungil Kanaya menggunakan kedua telapak tangannya.

"Hey, I'm alright. Franky nggak sengaja ngelempar bola ke muka gue pas lagi main basket."

Nada serta tatapan lembut yang Abhim arahkan padanya membuat Kanaya merasa deja vu. Entah sejak kapan Abhim berubah menjadi selembut ini, tetapi bayang-bayang Herzkiel terus menghantuinya.

"Gue rasa gue harus pergi, Bhim... Kak Kiel nunggu gue di rumah."

Kanaya menjauhkan tangan Abhim dari wajahnya. Namun, pria itu malah beralih menggenggam dan menahan kedua tangannya erat. Abhim memandangnya dengan ekspresi yang tak bisa diartikan, sedangkan Kanaya balas menatapnya dengan ekspresi kebingungan.

"Lo masih cinta sama gue kan, Nay?"

Pertanyaan itu seperti bom bagi jantung Kanaya. Matanya melebar dalam hitungan detik, tetapi bibirnya terasa kelu untuk mengucapkan sesuatu.

"Sejujurnya waktu itu... gue sempat baca lembaran terakhir diary yang ada di laci meja gue. Gue nggak tau kenapa tiba-tiba Angel bilang itu punya dia, yang jelas gue yakin itu tulisan lo, Nay."

Herzkiel [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang