hadiah

185 29 1
                                    

Ayra duduk dengan gelisah dalam kereta. Ia tidak tahu harus berkata apa pada Kanaya. Semalam saja gadis itu sudah menanyai nya beberapa pertanyaan. Dalam hati Ayra ia benar benar mengutuk Alexio yang memotret nya secara diam-diam.

Tapi kalau di pikir-pikir lucu juga, Ayra jadi merasa mempunyai paparazi.

Suara pengumuman bahwa kereta akan sampai di stasiun selanjutnya sudah terdengar di telinga Ayra. Ia pun berdiri dari tempat duduk dan memutuskan untuk pergi ke depan pintu kereta.

Tak lama kemudian kereta sampai di stasiun universitas tempat Ayra menimba ilmu. Kereta pun berhenti, dan pintu terbuka otomatis.

Betapa terkejutnya Ayra melihat Kanaya yang sudah berdiri tepat di depannya saat ini. Dengan cepat Ayra turun dari kereta karena ia tahu kereta tersebut tidak akan lama berhenti di stasiun universitas.

Benar saja, setelah Ayra turun pintu kereta pun tertutup rapat dan kereta mulai melaju meninggalkan universitas.

"Kok lo disini?" Ayra bertanya.

Kanaya memasang wajah datar dengan pandangan mengintimidasi Ayra. "Wah gua hebat juga bisa langsung ketemu sama lo." Sedetik kemudian raut wajah Kanaya berubah. Ia membanggakan dirinya yang bisa tepat menemukan Ayra di stasiun kereta.

Adegan mereka berdua sudah seperti drama film saja.

"Lo ngapain kesini?" Ayra bertanya sekali lagi.

"Menurut lo? Ya mau nyamperin bestie gua tercinta lah." Kanaya menghampiri Ayra lalu berdiri tepat disebelahnya. Ia menggandeng tangan Ayra dengan antusias. "Bestie gua ini punya banyak utang cerita sama gua." Kanaya menatap Ayra dengan lekat. Membuat Ayra sedikit menjauhkan wajahnya.

"Banyak darimana. Cuman satu." Ayra membantah.

"Yakin satu?" Kanaya merasa tidak yakin.

"Iya." Ayra mulai berjalan meninggalkan stasiun. Kanaya pun ikut bersama nya karena saat ini pun ia masih setia menggandeng Ayra.

Beberapa saat kemudian mereka telah sampai di kelas pertama. Kanaya melepaskan gandengan nya pada Ayra. Ia memilih tempat duduk yang berada tepat di depan sahabatnya itu.

"Ayo cerita." Kanaya membalikan kursi agar bisa  berhadapan dengan Ayra.

"Iya sabar napa." Ayra baru saja meletakan bokongnya di kursi, sudah mendapatkan pertanyaan dari Kanaya.

"Jadi sebenernya tuh-"

"Ayrana?" Seorang mahasiswi memotong pembicaraan mereka berdua.

"Iya gua." Ayrana sontak menatap pada mahasiswi yang memanggil namanya.

"Ini ada titipan." Mahasiswi yang tidak dikenal itu meletakan setangkai bunga mawar putih diatas meja.

"Ini dari siapa?" Ayra kebingungan. Namun firasatnya sedikit tidak enak.

"Dari Ale. Dia nitip buat lu katanya." Ucap mahasiswi itu. Ia pun segera pamit karena merasa tugasnya sudah selesai.

"Gila, dia ngasih lu bunga? Tapi gak gentle ah. Udah cuman satu, pake di titipin segala lagi." Kanaya memberikan komentar atas hadiah yang dikirim Alexio pagi ini.

"Mungkin dia sibuk." Gumam Ayra. Namun perkataannya masih bisa di dengar jelas oleh Kanaya. "Lo belain dia? Wah." Kanaya menatap Ayra tidak percaya.

"Bukan gitu.." Ayra merasa salah berbicara.

"Yaudah, terus bunga nya mau di apain?" Tanya Kanaya sembari mengambil bunga dari atas meja.

"Yang pasti gak dimakan."

Can I believe? √Where stories live. Discover now