act of service

58 8 0
                                    

Kanaya tengah berada di perpustakaan kampus. Ia sedang mengerjakan kerja kelompok dengan tim nya. Ia menyesali mengapa dirinya tidak satu kelompok dengan Ayra. Kalau ia dan Ayra berada di satu kelompok, Kanaya tidak perlu bekerja lebih keras seperti saat ini.

"Dev, materi yang ini udah lo cari?" Kanaya bertanya pada teman satu kelompoknya yang bernama Devan.

"Belum hehe. Ini masih gua cari." Devan menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

"Di percepat ya, hemat waktu." Kanaya mengingatkan. Devan terlihat menganggukkan kepala. Sudah lebih dari dua jam mereka mengerjakan tugas tetapi belum selesai juga.

Kanaya menghela nafas. Ia nampak frustasi. Teman satu kelompoknya sangat lambat dalam bekerja. Ya walaupun mereka memperhatikan ketelitian, tetap saja kan efektivitas waktu diperlukan.

"Nay, materi yang ini udah gua kirim ke lo ya." Ujar salah satu rekan tim Kanaya. "Oke. Makasih ya." Kanaya sedikit lega karena akhirnya ada materi baru yang sudah ditemukan.

"Udah mau sore nih. Gua belum makan siang." Seseorang yang duduk di sebrang Kanaya berujar. Ia menatap jam tangan lalu melihat ke arah teman-teman satu kelompoknya.

"Terus kenapa?" Kanaya seolah tidak peka.

"Gua mau makan dulu ya? Kebetulan gua punya maag." Orang tersebut menyengir.

"Gua juga haus nih."

"Gua gak bisa sampe selesai ya? Lima belas menit lagi mau ada acara."

Kanaya menghela nafas kasar. Bilang saja mereka semua mau berhenti kerja kelompok. Kalau bukan karena nilai, Kanaya juga malas mengerjakan tugas.

"Oke. Kita udahin sampai sini aja. File materi yang udah kalian cari kirim ke gua hari ini. Paling telat jam sembilan malem." Kanaya berdiri. Ia merapihkan barang miliknya yang berserakan di atas meja.

"Gak bisa jam 10 malem aja?" Tawar salah satu temannya.

"Enggak. Abis kalian kirim gua harus ringkas terus masukin ke power point juga. Jadi mohon kerja sama nya." Kanaya tidak menerima penolakan. Enak saja mereka mau membuat Kanaya lembur.

Dengan cepat Kanaya segera pergi dari perpustakaan. Ia meninggalkan rekan satu tim nya terlebih dahulu.

Kanaya melepas nafas lega sesaat sampai di luar perpustakaan. Ia terdiam karena mulai merasakan sesuatu. "Arghh." Kanaya meringis. Perutnya terasa sakit menusuk.

Kalau diingat, ia belum sempat makan siang. Kanaya melihat jam di ponsel yang ia pegang. Jam menunjukkan pukul tiga sore.

Dengan perlahan Kanaya berjalan menuju kantin. Tempat yang paling dekat dan juga penting untuk Kanaya mengisi daya.

Beberapa orang memperhatikan Kanaya karena cara berjalan gadis tersebut aneh. Bagaimana tidak? Kanaya berjalan sedikit menunduk sembari memegang perut. Sudah seperti korban penusukan.

Kanaya berjalan sambil berpikir. Apakah Ayra masih berada di wilayah kampus? Dimana gadis tersebut sedang kerja kelompok? Kalau Ayra masih di kampus, Kanaya berencana mengajak ia makan bersama. Tidak enak rasanya makan sendirian di kantin yang ramai.

Cukup lama Kanaya berjalan, akhirnya ia sampai di kantin. Langsung saja Kanaya ke salah satu stand makanan. Ia memesan satu porsi makanan dan tak lupa juga minum.

Setelah membayar Kanaya menggeser ke sebelah. Ia menunggu penjual tersebut menyajikan makanan pesanannya.

Nasi ayam geprek berserta teh manis pesanan Kanaya sudah jadi. Kanaya tak lupa mengucapkan terima kasih lalu membawa nampan tersebut pergi.

Can I believe? √Where stories live. Discover now