reveal -2

70 13 1
                                    

Flashback

Ayra duduk dengan gelisah dalam kereta. Ia tidak tahu harus berkata apa pada Kanaya. Semalam saja gadis itu sudah menanyai nya beberapa pertanyaan. Dalam hati Ayra ia benar-benar mengutuk Alexio yang memotret nya secara diam-diam.

Tapi kalau dipikir-pikir lucu juga, Ayra jadi merasa mempunyai paparazi.

Suara pengumuman bahwa kereta akan sampai di stasiun selanjutnya sudah terdengar di telinga Ayra. Ia pun berdiri dari tempat duduk dan memutuskan untuk pergi ke depan pintu kereta.

Tak lama kemudian kereta sampai di stasiun universitas tempat Ayra menimba ilmu. Kereta pun berhenti, dan pintu terbuka otomatis.

Betapa terkejutnya Ayra melihat Kanaya yang sudah berdiri tepat di depannya saat ini. Dengan cepat Ayra turun dari kereta karena ia tahu kereta tersebut tidak akan lama berhenti di stasiun universitas.

Benar saja, setelah Ayra turun pintu kereta pun tertutup rapat dan kereta mulai melaju meninggalkan universitas.

"Kok lo disini?" Ayra bertanya.

Kanaya memasang wajah datar dengan pandangan mengintimidasi Ayra. "Wah gua hebat juga bisa langsung ketemu sama lo." Sedetik kemudian raut wajah Kanaya berubah. Ia membanggakan dirinya yang bisa tepat menemukan Ayra di stasiun kereta.

Adegan mereka berdua sudah seperti drama film saja.

"Lo ngapain kesini?" Ayra bertanya sekali lagi.

"Menurut lo? Ya mau nyamperin bestie gua tercinta lah." Kanaya menghampiri Ayra lalu berdiri tepat disebelahnya. Ia menggandeng tangan Ayra dengan antusias. "Bestie gua ini punya banyak utang cerita sama gua." Kanaya menatap Ayra dengan lekat. Membuat Ayra sedikit menjauhkan wajahnya.

"Banyak darimana. Cuman satu." Ayra membantah. Sejujurnya Ayra bingung harus cerita bagaimana pada Kanaya. Haruskah ia bilang kalau Alexio sedang mendekatinya? Apa Ayra bilang saja kalau ia menyukai Alexio?

Tapi pilihan kedua sangat tidak masuk akal. Selama ini Ayra tidak terlihat dekat dengan siapapun. Masa iya tiba-tiba dirinya jatuh cinta dengan Alexio. Rasanya Kanaya pasti tidak akan percaya.

"Yakin satu?" Kanaya menyelidik.

"Iya." Ayra mulai berjalan meninggalkan stasiun. Kanaya pun ikut bersama nya karena saat ini pun ia masih setia menggandeng Ayra.

Beberapa saat kemudian mereka telah sampai di kelas pertama. Kanaya melepaskan gandengannya pada Ayra. Ia memilih tempat duduk yang berada tepat di depan sahabatnya itu.

"Ayo cerita." Kanaya membalikan kursi agar bisa berhadapan dengan Ayra.

"Iya sabar napa." Ayra baru saja meletakan bokongnya di kursi, sudah mendapatkan pertanyaan dari Kanaya.

"Jadi sebenernya tuh-"

"Ayrana?" Seorang mahasiswi memotong pembicaraan mereka berdua. Jujur Ayra mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya karena ia jadi bisa menunda sesi bercerita.

Ayra masih bingung sampai saat ini harus bercerita bagaimana.

"Iya gua." Ayrana sontak menatap pada mahasiswi yang memanggil namanya.

"Ini ada titipan." Mahasiswi yang tidak dikenal itu meletakan setangkai bunga mawar putih diatas meja.

"Ini dari siapa?" Ayra kebingungan. Namun firasatnya sedikit tidak enak. Yang paling masuk akal, ya bunga tersebut dari Alexio.

"Dari Ale. Dia nitip buat lu katanya." Sudah Ayra duga. Pasti dari Alexio. Mahasiswi tersebut pamit pergi karena tugasnya sudah selesai.

"Gila, dia ngasih lu bunga? Tapi gak gentle ah. Udah cuman satu, pake di titipin segala lagi." Kanaya memberikan komentar atas hadiah yang dikirim Alexio pagi ini. Kali ini Ayra merasa setuju pada Kanaya. Pasalnya Alexio bukan hanya menjadikan satu orang sebagai perantara, namun dua sekaligus.

Can I believe? √Where stories live. Discover now