pesta

29 5 3
                                    

Reza memarkirkan mobil di depan rumah Ayra. Lelaki itu melepaskan sabuk pengaman lalu turun dari mobil. Tak lupa Reza membawa sebuah bingkisan di paper bag. Ia berjalan masuk ke rumah Ayra untuk bertemu dengan gadis itu.

Sebelum Reza mengetuk pintu rumah Ayra, pintu tersebut telah terbuka. Sepertinya anggota keluarga Ayra sudah terbiasa dengan kedatangan Reza. Sampai suara kendaraan lelaki itu bisa dikenali.

Ibunda Ayra yang telah membuka pintu. Ia tersenyum menyapa kedatangan Reza. "Nak Eja, masuk. Ayra ada di dalam." Dengan ramah seperti biasanya ibunda Ayra menyambut Reza.

Reza sopan menyapa ibunda Ayra. Setelah bersalaman ia izin masuk ke dalam untuk menemui kekasihnya. Ibunda Ayra bilang Ayra berada di dalam kamar, jadi Reza di suruh langsung menuju kamar Ayra.

Setelah sampai di depan pintu kamar Ayra, Reza mengetuk pintu. Ia tahu sopan santun walau ini adalah kamar kekasihnya sendiri.

Tak lama kemudian pintu terbuka. Ayra tersenyum lebar melihat kedatangan Reza.

"Ini, Ra." Reza memberikan paper bag yang ia bawa pada Ayra.

"Ini apa?" Ayra menerima paper bag tersebut. Ia mengintip isi di dalamnya. Terlihat sebuah kotak yang Ayra tidak tahu apa isinya.

"Kamu pake itu sekarang, temenin kakak ke acara tunangan temen." Reza berujar. Mendengar hal tersebut Ayra membulatkan bola mata. "Sekarang banget?" Ia sama sekali belum bersiap. Dan mengapa Reza tidak mengabari sama sekali.

"Iya. Kakak tunggu di ruang tamu. Kamu siapa-siap." Reza nampak santai. Ia tidak terburu-buru sama sekali padahal waktu sudah menunjukan sore hari. Ayra menghela nafas kasar. Ia segera masuk ke dalam kamar. Dirinya harus bersiap secepat mungkin agar Reza tidak menunggu lama.

Reza duduk di ruang tamu. Ia mengeluarkan ponsel guna mengabari teman-temannya yang lain.

"Nak Reza diminum dulu." Ibunda Ayra datang membawa minuman dan beberapa camilan di nampan.

"Iya tante makasih." Reza dengan senang hati meminum jus jeruk yang telah di sajikan. "Oh iya, tante aku minta izin buat ajak Ayra keluar. Mungkin pulangnya agak malem." Agar kedua orang tua Ayra tidak khawatir nantinya, maka Reza terlebih dahulu meminta izin.

"Iya gapapa. Asal pulangnya sama Nak Eja lagi aja." Ibunda Ayra tidak keberatan. Ia tahu betul kalau Reza bisa menjaga putrinya dengan baik.

"Iya pasti." Reza bisa menjamin hal tersebut. Ibunda Ayra pun pamit dari hadapan Reza. Katanya ia mau membantu Ayra bersiap.

Reza mempersilahkan. Setelah kepergian ibunda Ayra ia kembali bermain ponsel guna menghilangkan rasa bosan.

Butuh beberapa waktu untuk Ayra bersiap. Hingga akhirnya ia telah selesai. Dengan langkah cepat Ayra berjalan menuju ruang tamu menghampiri Reza. Semoga saja lelaki itu tidak bosan menunggu lama.

"Kak, aku udah siap." Ayra memberitahu. Reza mendongkakkan kepala melihat ke arah Ayra. Penampilan Ayra begitu cantik, bahkan seratus kali lebih cantik dari biasanya. Reza sampai terpaku beberapa detik.

"Ayo berangkat. Takut telat." Perkataan Ayra berhasil menyadarkan Reza. Lelaki itu pun bangun dari duduknya dan ia menghampiri Ayra.

"Pamit dulu gak sama Mamah?" Reza memperhatikan seisi rumah Ayra mencari keberadaan Ibunda gadis tersebut.

"Gak usah. Aku udah pamit barusan." Agar menghemat waktu Ayra tadi pamit terlebih dahulu.

"Yaudah ayo." Reza menggandeng tangan Ayra. Kekasihnya itu memakai sepatu hak tinggi. Jadi Reza harus menjaga keseimbangan Ayra agar ia tidak terjatuh.

Can I believe? √Where stories live. Discover now