ruang arsip

76 16 5
                                    

Ayra meluangkan waktu untuk datang ke kampus, padahal hari ini ia sedang tidak ada kelas. Tapi karena semalam Alexio meminta Ayra untuk datang, jadi ia memutuskan untuk mampir sebentar.

Ayra berjalan mengelilingi kampus. Karena ia tidak ada urusan di fakultasnya, maka Ayra memutuskan untuk langsung pergi ke fakultas Ilmu sosial dan Ilmu politik.

Beberapa orang yang melewati Ayra menyapa dirinya. Ayra pun dengan senang hati dan senyuman ramah membalas sapaan mereka. Sepertinya ini adalah efek dari kedekatan ia dan Alexio.

Tak terasa Ayra sudah sampai di gedung FISIP. Ia memilih untuk duduk di salah satu bangku, menunggu Alexio keluar dari kelas.

Anggap saja yang ia lakukan saat ini adalah bentuk timbal balik yang pernah Alexio lakukan. Ayra ingat lelaki itu pernah datang ke kampus hanya untuk mengajak dirinya jalan, padahal Alexio sedang tidak ada kelas dihari itu.

Ayra memilih menunggu sembari memainkan ponsel. Bosan juga jika ia harus diam dan hanya memperhatikan lingkungan sekitar.

"Ehh Ayra." Seseorang memanggil namanya.

Ayra menoleh untuk melihat siapa orang tersebut. "Kanaya? Kok lo dikampus?" Ayra keheranan melihat kedatangan Kanaya.

"Gua mau minjem buku, buat referensi hehe." Kanaya menunjukan buku tebal yang ia bawa.

"Oalah." Ayra ber-oh ria.

"Lo lagi nunggu Ale kan? Dia nyariin lo tuh." Kanaya memberitahu.

"Oh iya? Sekarang dia dimana?" Ayra langsung berdiri ketika mendengar perkataan Kanaya.

"Dia nunggu lo di ruang berkas arsip." Ujar Kanaya lagi memberitahu.

"Yang di perpustakaan kan? Oke gua ke sana." Ayra tentu tahu dimana tempat itu. Ia langsung bergerak untuk segera pergi menghampiri Alexio.

"Eh bukan." Kanaya memegang tangan Ayra agar gadis itu tidak jadi pergi.

"Loh terus?" Ayra tidak tahu lagi tempat ruang Arsip selain di perpustakaan.

"Di gedung lama. Tau kan? Yang deket lab biokimia." Kanaya menjelaskan tempat dengan lebih detail.

"Yang itu? Ngapain dia nunggu gua di sana." Ayra keheranan. Pasalnya setahu ia ruang Arsip tersebut sudah tidak dipakai. Dulu ruangan tersebut memang digunakan untuk menyimpan Arsip berkas. Tetapi ruangan tersebut sudah dipindahkan ke perpustakaan.

"Mana gua tau. Dia lagi cari berkas lama kali." Kanaya mengangkat kedua bahunya.

Ayra terdiam sejenak. "Oke gua ke sana. Makasih ya Naya." Ayra tersenyum pada Kanaya. Ia pun berpamitan agar bisa langsung bertemu dengan Alexio.

Kanaya hanya diam memperhatikan Ayra yang sudah berjalan pergi. Ia memasang wajah datar, lalu setelahnya ikut pergi dari sana.

Ayra menelusuri kampus menuju ruang Arsip yang dimaksud oleh Kanaya. Sebenarnya letak ruangan itu tidak jauh, hanya berada dibelakang bangunan.

Ayra mengecek ponsel sesekali untuk melihat apakah pesan yang ia kirimkan pada Alexio sudah mendapat jawaban. Namun nyatanya tidak. Alexio belum membalas pesan Ayra sama sekali.

Semakin Ayra dekat dengan ruangan Arsip, semakin sepi juga suasana disekitar. Tidak banyak mahasiswa yang berkumpul di dekat gedung lama ataupun dibelakang gedung. Suasana yang akhirnya menjadi hening berhasil mengintimidasi Ayra.

Akhirnya Ayra sampai diruang Arsip. Pintu ruangan sudah terbuka. Sepertinya Alexio masih berada di dalam.

Tadinya Ayra ingin memanggil Alexio dari luar. Namun rasanya ia tidak sopan. Ayra pun memutuskan untuk masuk walau sebenarnya ia takut. Ruang Arsip begitu gelap dan berdebu. Bau kertas lama bercampur debu kotor menyapu hidung Ayra.

Can I believe? √Where stories live. Discover now