sepatu

60 15 1
                                    

Semalam Kanaya menahan rasa penasaran. Ia ingin membicarakan hal tersebut dengan Alexio. Namun Kanaya memutuskan untuk bertanya pada Alexio secara langsung.

Kanaya sudah berada di wilayah kampus lebih dahulu daripada Ayra. Ia menunggu kedatangan Alexio di parkiran.

Tidak perlu menunggu waktu lama, motor Alexio terlihat memasuki wilayah parkir Universitas Andromeda. Lelaki tersebut memarkirkan motor tak jauh dari tempat Kanaya berada.

Kanaya langsung menghampiri Alexio. Sebenarnya ketika Alexio memasuki wilayah kampus, ia sudah menyadari kalau Kanaya ada di sana.

"Ale." Panggil Kanaya.

"Kenapa, Nay?" Alexio sudah turun dari motor. Ia keheranan melihat Kanaya di parkiran sepagi ini.

"Gua udah tau semua, Al. Jujur gua gak suka ya kalau lo deketin Ayra dengan niat gitu. Harusnya lo langsung ke gua aja." Kanaya tidak berbasa-basi.

Alexio tertegun karena ucapan Kanaya. Gadis itu tau? Bagaimana bisa? Apakah Ayra yang memberitahu Kanaya?

"Tapi kan gua jujur dari awal ke Ayra. Setidaknya gua gak nyakitin perasaan dia." Alexio merasa tindakannya tidak salah. Dirinya tidak menipu Ayra dan mereka berdua sepakat bekerja sama. Jadi Alexio tidak perlu menanggung apapun kan?

"Ya tetep aja. Untuk kali ini gua maafin. Lo gak usah akting lagi sekarang sama Ayra." Kanaya menghela nafas. Memang benar kalau Alexio tidak menipu Ayra. Tapi ia menipu Kanaya bukan? Walau sebenarnya niat Alexio hanya mau dekat dengan Kanaya.

"Oke. Sorry kalau lo kecewa. Gua bakal tanggung jawab." Alexio menyisir rambut dengan jari tangan.

"Tanggung jawab maksudnya?" Kanaya tidak bisa menangkap arti dari perkataan Alexio.

"Lo gak suka kan, kalau gua deketin Ayra dengan niat buat deket sama lo? Oke. Gua bakal deketin Ayra dengan serius sekarang." Alexio tersenyum bangga. Kanaya membulatkan bola mata. Ia terkejut tentu saja.

"Lo suka sama Ayra?" Kanaya hendak memastikan.

"Bisa dibilang gitu. Gua duluan." Alexio mengangguk kecil. Ia pun menepuk pundak Kanaya beberapa kali lalu pergi dari sana.

Pandangan Kanaya mengikuti Alexio yang pergi menjauh. Ayra tidak cerita kalau Alexio sekarang malah menyukai dirinya. Apa berarti Ayra tidak tahu? Kanaya bingung setengah mati. Mengapa ketika ia baru mengetahui faktanya kemarin, Alexio sudah berpindah hati?

Dan sebenarnya sejak kapan lelaki tersebut malah menyukai Ayra. Banyak sekali pertanyaan di otak Kanaya.

Gadis itu langsung pergi dari sana untuk mencari keberadaan Ayra. Siapa tahu Ayra sudah datang ke kampus.

Akhirnya Ayra dan Kanaya mendapatkan waktu istirahat. Setelah dua mata kuliah mereka jalani berturut-turut, sekarang mereka tengah menunggu untuk masuk ke mata kuliah ketiga. Untung saja mata kuliah ketiga dimulai satu setengah jam lagi, jadi Ayra dan Kanaya bisa bersantai sejenak di kantin.

Mereka berdua memilih untuk menyantap makan siang di sana. Kanaya membawa bubur pesanan mereka dengan nampan. Ayra nampak antusias karena ia begitu lapar belum sempat sarapan dari pagi.

Seseorang tiba-tiba menaruh nampan makanan tepat di sebelah Ayra duduk. Ia juga mengambil alih ruang kosong di samping Ayra.

Ayra menoleh ke arah samping. Ia dan Alexio bertatapan sejenak dengan senyuman Alexio yang lebar. "Halo Ayra." Sapa Alexio. Ayra hanya merespon dengan senyuman.

Melihat kedatangan Alexio, Kanaya menatap curiga. Sepertinya perkataan Alexio di parkiran tadi adalah benar.

Ayra menghiraukan Alexio. Biarlah lelaki tersebut mau melakukan apa yang ia inginkan. Ayra sebisa mungkin tidak akan memperdulikan. Lebih baik sekarang Ayra mengisi perut dengan bubur yang masih hangat.

Can I believe? √Where stories live. Discover now