mantan

65 14 3
                                    

Hari Ayra dimulai seperti biasanya. Ia sibuk mengerjakan tugas, mengikuti kelas, melakukan presentasi dan lain sebagainya. Kebetulan kelas Ayra dimulai pada siang hari. Jadi dirinya baru sampai di kampus pada pukul sepuluh.

Ayra berjalan menuju kelasnya. Suasana kampus cukup sepi. Mungkin dikarenakan kebanyakan jurusan yang masuk pagi pada hari ini.

"Sorry mau nanya." Seseorang mencegat Ayra. Sontak Ayra terpaksa berhenti.

"Iya kenapa?" Ayra berusaha untuk terlihat ramah.

"Lo kenal yang namanya Kanaya? Kalau gak salah dia dari FIB." Tanya orang tersebut.

"Kanaya? Ada urusan apa kalau boleh tau?" Ayra tidak bisa membocorkan informasi begitu saja. Bagaimana pun ia harus melindungi Kanaya sebagai teman. Ayra takut kalau ternyata orang dihadapannya ini punya niat buruk pada Kanaya.

"Lo kenal ya? Kayaknya lo kenal." Senyum bahagia terlukis di wajah orang itu. Ayra tetap pada pendirian, ia tidak memberitahu keberadaan Kanaya sebelum orang tersebut menyampaikan maksud dan tujuan.

"Oh iya kenalin gua gerald. Gua kebetulan ada perlu sama Kanaya." Gerald memperkenalkan diri.

"Lo siapanya Kanaya?" Ayra menginterogasi.

"Gua mantan nya. Bisa di kasih tau Kanaya ada dimana?" Gerald seperti terburu-buru ingin mengetahui keberadaan Kanaya.

"Gua gak tau." Ayra memutuskan untuk tidak memberitahu. Lagipula, pertanyaannya di awal malah di abaikan oleh Gerald.

"Gua mohon. Kasih tau dia dimana." Gerald menyatukan kedua telapak tangannya, memohon pada Ayra.

"Gua beneran gak tau." Ayra mulai merasa tidak nyaman. Ia pun memutuskan untuk pergi dari sana.

"Hei!" Gerald menarik tangan Ayra agar gadis itu kembali ke tempat. Tarikan tangan Gerald sangat kencang sehingga Ayra berhasil terseret ke tempat semula. "Apaan sih?" Ayra menghentakan tangan agar pegangan Gerald dapat terlepas.

"Kasih tau jalang itu dimana?!" Nada Gerald meninggi. Bahkan ia menyebut Kanaya dengan sebutan yang tidak pantas. Ayra semakin yakin kalau keputusannya untuk tidak memberitahu adalah benar.

"Gua udah bilang gak tau." Ayra menatap sengit pada Gerald.

"Tapi lo kenal dia."

"Kenal belum tentu tau kan dia ada dimana? Lo kira gua cctv yang bisa mantau pergerakan dia dua puluh empat jam?" Ayra sangat tidak menyukai situasi sekarang. Ucapannya cukup membuat Gerald terdiam seketika.

"Tunjukin gua gedung FIB dimana." Perintah Gerald.

"Cari sendiri. Lo punya mata kan?" Ayra terlanjur kesal dengan perilaku Gerald.

"Kok lu ngelunjak?!" Gerald kembali menaikan nada bicaranya.

"Ngaca! Lo yang banyak mau." Ayra tetap membela diri.

"Lo-"

"Lepas!" Seseorang menyerobot diantara Ayra dan Gerald. Ia bahkan memisahkan pegangan tangan Gerald pada Ayra.

"Lo siapa anjing?" Gerald semakin emosi karena ada tamu yang tidak diundang mengganggu aktivitasnya.

"Gak perlu tau gua siapa, yang jelas perilaku lo gak bener. Apalagi dikampus orang." Reza menghalangi badan Ayra dengan tubuhnya. Ia menatap sengit pada Gerald yang berpostur lebih pendek darinya.

"Bukan urusan lo." Gerald tak kalah menantang.

"Jelas urusan gua. Gua mahasiswa di kampus ini." Reza memberikan fakta yang tentu tidak bisa dibantah.

Can I believe? √Where stories live. Discover now