hujan

24 7 2
                                    

Sudah satu minggu Alexio di rawat inap. Akhirnya ia bisa pulang hari ini. Luka Alexio yang berada di wajahnya sudah mulai mengering. Cedera yang di alami Alexio juga mulai membaik. Ia tengah membereskan barang, bersiap segera pulang.

Alexio hanya sendirian, keluarga nya cukup sibuk hari ini.

Krieett

"Ale?" Seseorang masuk ke dalam ruangan. Alexio menengok ke arah pintu masuk. Ia dapat melihat Kanaya yang tengah berjalan ke arahnya.

"Eh Nay. Gua balik hari ini." Alexio memberitahu. Mungkin saja Kanaya tidak tahu kalau Alexio akan segera pulang. Makannya gadis itu masih mampir untuk mejenguk dirinya.

"Emang udah mendingan?" Kanaya duduk di atas ranjang rumah sakit.

"Iya. Udah sembuh gua. Paling sisanya rawat jalan." Alexio tengah merapihkan baju. Ia melipat baju miliknya lalu memasukan ke dalam tas.

Kanaya berdiri. Ia menggeser tas tersebut dari hadapan Alexio. Kanaya mengambil baju di atas kasur lalu melipatnya. "Biar gua bantuin." Setelah selesai, ia menaruh baju tersebut ke dalam tas Alexio.

"Oke. Gua beresin itu dulu." Alexio tidak menolak. Ia justru bersyukur karena Kanaya datang hari ini. Agar lebih cepat, Alexio membereskan bagian nakas. Di sana juga banyak barang Alexio yang harus dikemas.

Kanaya sering mengunjungi Alexio di rumah sakit. Ia mendatangi rumah sakit dua hari sekali. Berbeda dengan Ayra, gadis itu hanya datang sekali. Yang pertama saat bersama Reza waktu itu, lalu yang kedua ia datang bersama dengan Kanaya.

Kalau dihitung dari Alexio masuk IGD, berarti Ayra sudah datang tiga kali.

Alexio merasa, akhir-akhir ini ia sering bersama dengan Kanaya. Gadis itupun nampak perhatian apalagi setelah kejadian yang menimpa dirinya.

"Udah nih." Kanaya menutup tas tersebut dengan resleting.

"Udah juga gua." Tepat sekali, Alexio kebetulan sudah selesai. Ia mengambil jaket di atas sofa, lalu mengenakannya. Setelah selesai, Alexio mengajak Kanaya untuk keluar ruangan.

Kedua orang tua Alexio sudah membayar biaya administrasi rumah sakit. Jadi Alexio tinggal langsung pulang saja tanpa mengurus apapun.

Mereka sampai di pinggir jalan. Kanaya memberhentikan salah satu taksi yang melaju. Taksi tersebut berhenti di hadapan mereka berdua.

Alexio maju. Ia membuka pintu taksi lalu membiarkan Kanaya masuk terlebih dahulu. Setelah Kanaya masuk, Alexio ikut juga. Ia menutup pintu taksi dengan keras.

Alexio memberi tahu tujuan mereka ke supir taksi. Namun tujuan tersebut bukan lah rumah Alexio, melainkan arah kost-an Kanaya. "Kok ke kost gua? Pak alamatnya bukan itu." Kanaya memprotes. Baru saja supir taksi hendak jalan, ia jadi mengurungkan niat.

"Gua anterin dulu lo ke rumah, Nay." Alexio berujar.

"Enggak. Gua mau anter lo sampai depan rumah dengan selamat." Kanaya menolak. Ia mengantisipasi adanya kejadian tidak terduga di perjalanan nanti.

Alexio menghela nafas. Ia mengalah saja pada Kanaya. Akhirnya Alexio menyebutkan alamat tempat tinggalnya.

Setelah dipastikan kali ini benar, supir taksi tersebut berjalan menuju alamat yang di tuju.

"Gua masih penasaran, kenapa mantan gua nyerang lo ya?" Kanaya menatap kosong ke arah depan.

"Kita bakal tau nanti. Tenang aja, gua gak akan lepasin mereka." Alexio harus segera memulihkan diri agar ia bisa mulai melakukan penyelidikan.

"Apa karena gua ya?" Pikiran buruk terlintas di otak Kanaya. Entah mengapa tetapi ia selalu merasa kalau penyerangan Alexio ini berhubungan dengan dirinya. Kanaya semakin khawatir.

Can I believe? √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang