kencan

43 7 0
                                    

Ayra berjalan keluar dari kantor polisi. Ia baru saja memberikan kesaksian sebagai korban percobaan penculikan yang di lakukan oleh Dirga. Kemarin, Reza memutuskan mengambil jalur hukum agar Dirga bisa segera sadar dan tidak mendekati Ayra lagi.

Hari ini segala bentuk pengaduan mulai di proses. Dirga pun akan di lihat kondisi kesehatan mentalnya oleh psikolog.

Ayra tidak sendirian. Reza dan juga Kanaya ada bersamanya. Setelah sampai di depan kantor polisi, Ayra memberhentikan langkah lalu menghadap pada Kanaya.

"Thanks Nay udah nemenin." Ujar gadis tersebut.

"Sama-sama. Sekarang lo bisa tenang. Setidaknya kalau dia gak di penjara, pasti akan ada surat perintah kalau dia gak boleh deketin lo lagi." Kanaya mengusap lengan Ayra.

"Iya. Lo mau masuk lagi?" Ayra bertanya.

Kanaya menganggukkan kepala. "Iya. Gua mau nemenin Ale." Jawabnya. Alexio juga sedang memproses mengenai kasus penyerangan yang terjadi padanya kemarin.

"Oke deh. Lo harus selalu temenin dia."

"Pasti."

"Kalau gitu, gua duluan ya." Ayra hendak berpamitan. Ia cukup lelah karena sudah berada di kantor polisi lebih dari dua jam.

"Iya. Hati-hati, Ra. Kak Eja, gua titip Ayra ya." Kanaya mempersilahkan. Tak lupa ia menyuruh Reza untuk terus melindungi Ayra.

"Tenang aja, Nay. Aman." Reza merangkul Ayra dari samping.

Mereka berdua akhirnya berjalan menuju parkiran kantor polisi. Reza membukakan pintu mobil untuk Ayra lalu gadis tersebut masuk ke dalam. Setelah menutup pintu mobil, Reza mengitari mobil tersebut menuju pintu yang satunya.

Reza masuk ke dalam mobil. Ia memastikan kalau Ayra sudah memakai sabuk pengaman. Kemudian ketika di rasa sudah siap, Reza mulai mengendarai mobilnya menuju jalanan.

"Ada aja kejadian akhir ini." Ayra menghela nafas.

"Tapi perlahan mulai selesai. Semoga ke depannya gak ada masalah lagi." Reza sekilas menengok pada Ayra.

Ayra menatap Reza yang tengah menyetir. "Liburan enak kali ya." Pasti akan menyenangkan jika mereka pergi bersama ke suatu tempat.

"Liburan? Boleh. Nanti abis ujian gimana?" Ide Ayra tidak buruk. Reza juga merasa kalau ia butuh liburan karena akhir-akhir ini masalah di kampus cukup menguras tenaga nya.

"Kita ajak Naya sama Ale juga." Ayra senang membayangkan mereka akan liburan bersama.

"Iya boleh. Kita aja mereka." Reza tidak keberatan. Apapun itu asalkan Ayra senang.

"Kak, kita ke mall dulu." Pinta Ayra. Kebetulan sebentar lagi mereka akan sampai di salah satu mall yang besar.

"Kamu gak mau pulang aja? Istirahat sayang." Reza mengelus lembut kepala Ayra.

"Mampir dulu ke mall nanti langsung pulang. Ada barang yang pengen aku beli." Ucap Ayra. Reza akhirnya setuju. Ia memutuskan masuk ke dalam mall tesebut sesuai dengan permintaan Ayra.

Ayra dan Reza berjalan berdampingan di dalam mall. Tangan Reza selalu merangkul Ayra agar gadis itu tidak berjarak jauh dengannya. Setelah kejadian Dirga, Reza semakin khawatir dan takut hal buruk terjadi pada Ayra. Maka dari itu ia bertekad akan menjaga Ayra sebaik mungkin.

Ayra mengarahkan Reza untuk masuk ke dalam salah satu toko pakaian. Ayra memisahkan diri dari Reza. Ia berjalan antusias menuju deretan pakaian yang di pajang. Reza tersenyum sekilas. Senang rasanya jika Ayra terlihat bahagia.

"Kak, ini atau ini?" Ayra menunjukan dua jaket pada Reza. Ia hendak meminta saran karena bingung harus memilih yang mana.

"Kamu lebih suka yang mana?" Reza membalikan pertanyaan.

Can I believe? √Место, где живут истории. Откройте их для себя