rencana weekend

73 14 5
                                    

Ayra tak bisa menyembunyikan rasa bahagianya. Akhirnya Kanaya mengakui kalau ia menyukai Alexio. Semoga saja perasaan Kanaya itu benar, bukan sekedar mau merebut Alexio dari Ayra.

Kesenangan Ayra berhenti sejenak. Keadaan yang sebenarnya nampak menampar Ayra. Jika Kanaya menyukai Alexio, apa berarti rumor yang beredar benar? Ayra menghela nafas. Ia tetap tidak mau percaya.

Ayra sedang berada di pinggir jalan, menunggu angkutan umum yang lewat. Rencananya hari ini ia mau menghabiskan waktu sendirian.

Ayra menatap ke arah sebrang. Terlihat seorang lelaki dan seorang perempuan sedang berbincang di sana. Lelaki tersebut naik di atas motor, sedangkan sang gadis berdiri di trotoar.

Menatap kebersamaan kedua manusia tersebut membuat Ayra semakin bahagia. Rasanya seperti menonton adegan dalam film romantis secara langsung.

Tapi tak lama, senyum Ayra memudar. Ternyata kedua sejoli itu tidak seperti yang ia bayangkan. Terlihat mereka berdua tengah bertengkar mendebatkan sesuatu.

Sang lelaki nampak menarik paksa lengan gadis tersebut. Mengapa kejadiannya malah seperti di film kriminal? Ayra dengan terburu-buru menyebrang jalanan. Walau begitu ia tetap berhati-hati memperhatikan laju kendaraan.

Ayra menghampiri kedua orang tersebut. Ia berniat untuk membantu.

"Lepasin." Ayra memisahkan mereka berdua. Refleks Sang gadis langsung bersembunyi di belakang tubuh Ayra.

"Jangan ikut campur deh lo." Lelaki itu terlihat marah karena Ayra mencampuri urusannya.

"Lo gak malu udah kasar sama perempuan di depan umum?" Ayra tidak takut dengan orang di hadapannya ini. Selagi ia membela yang benar, apa salahnya.

"Kalau gak mau berurusan sama gua, mending lo minggir." Lelaki tersebut mulai turun dari motor. Ia mendekati Ayra secara perlahan.

Ayra mundur menjaga jarak. Ia tetap melindungi gadis yang masih bersembunyi di balik badannya.

"Gua gak takut sama lo." Ayra menatap tajam.

"Lo mending pergi. Kalau gak-"

"Kalau gak apa?" Seseorang menimpali. Mereka semua bersamaan menengok ke arah sumber suara.

Terlihatlah Reza yang tengah berdiri. Ia menatap sengit kepada lelaki itu. Tangan Reza dimasukan ke dalam jaket kulitnya.

"Lo juga mau ikut campur?" Lelaki tersebut menantang Reza.

"Kalau iya?" Reza mengangkat ponsel yang berada di tangan. Di ponsel itu terlihat sambungan telfon yang sedang berlangsung dengan 119.

Lelaki tersebut berdecak kesal. Ia tidak bisa berbuat banyak hal untuk saat ini.

Akhirnya ia menyerah. Lelaki itu kembali naik ke atas motor dan melajukan motornya menjauhi daerah tersebut.

"Kamu gapapa?" Ayra berbalik badan, menatap pada gadis yang ia lindungi.

"Iya gapapa. Makasih ya udah nolongin." Gadis tersebut terus menunduk karena ketakutan. Ayra mengusap punggung gadis itu agar ia merasa lebih tenang.

"Gua pesenin ojek online." Reza berbaik hati memesankan kendaraan untuk gadis tersebut pulang. Kalau ia membawa motor, mungkin ia sudah mengantar gadis itu secara langsung.

Tak perlu menunggu waktu lama, akhirnya ojek online sudah datang. Ayra membiarkan gadis tersebut untuk naik ke atas motor dan segera pulang.

"Makasih banyak kak." Saat di atas motor pun, ia masih terus berterima kasih pada Ayra dan Reza.

"Iyaa sama-sama." Ayra merespon. Kemudian motor ojek online tersebut mulai pergi mengantarkan Sang gadis pulang menuju rumahnya.

"Kakak kok ada disini?" Ayra beralih pada Reza.

Can I believe? √Where stories live. Discover now