BAB 2 : Gadis jahat

21.8K 944 30
                                    

••• Happy Reading •••

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

••• Happy Reading •••

"Hidungnya mirip banget sama Dante," ucap Nadia, sahabat Alea.

"Bukan cuma hidungnya tapi bibirnya juga," timpal Dylan yang merupakan sahabat Dante dan Gabriel.

"Jangan bilang lo masih benci ama mantan cowok bajingan yang kini jadi suami lo, Lea," ucap Nadia dengan candaan khasnya.

Dante dan Dylan terkekeh pelan. Ia tahu Nadia hanya bercanda saja. Mereka seolah terbiasa dengan candaan Nadia yang terdengar seperti sungguhan.

"Kenapa lo bisa menyimpulkan kayak gitu sih?" tanya Alea heran seraya mengelus pipi Cherry dalam gendongannya.

"Habisnya anak lo plek-ketiplek mirip banget ama Bapaknya," jawab Nadia.

"Lah, Cherry kan emang anaknya Dante. Entar kalau mirip El bisa panjang urusannya. Bisa perang dunia keempat," timpal Dylan terkekeh geli di susul tawa Alea dan Dante kemudian.

Gabriel yang tengah menjadi bahan perbincangan hanya diam tanpa memberikan tanggapan apapun. Ia sibuk dengan pikirannya sendiri.

"Dengan dia kembali itu artinya pekerjaanmu akan bertambah 2 kali lipat."

"Saya tahu. Saya siap dengan perintah-perintah anda selanjutnya."

"Leo, kau orang yang paling bisa diandalkan. Kini sudah saatnya kita menjalankan rencana-rencana yang sudah kita susun."

Ya, ada banyak rencana-rencana yang sudah ia susun dan kini sudah tiba saatnya untuk mewujudkannya.

"Lantas apa selanjutnya yang harus saya lakukan? Haruskah—"

"Kau bisa bersantai sejenak, Leo. Jangan terburu-buru. Saat itu akan segera tiba."

Gabriel tersenyum miring. Ya, benar. Ia tidak perlu terburu-buru karena kini targetnya sudah di depan mata.

"El..."

Tak ada respon.

"El, lo sakit?"

Masih, tak ada respon. Gabriel sibuk berkelana dengan pikirannya sendiri.

"El, fokus banget bengong nya," gerutu Nadia.

Tetap, tak ada respon.

"Woi, Gabriel Xander!" Dylan berseru membuat Gabriel terkesiap.

"Gue..." Gabriel menjeda ucapannya kala menyadari semua pasang mata tertuju padanya. Ya Tuhan, ia benar-benar kehilangan fokusnya. Mungkin ini terjadi karena belakangan ini ia terlalu disibukkan dengan urusan pekerjaan dan juga memikirkan mengenai dendam terpendamnya pada gadis jahat itu. Dendam yang selama lima tahun ia pendam yang begitu mendominasi seluruh hidupnya.

Lima tahun bukanlah waktu yang sebentar baginya menyimpan dendam ini. Cukup rasanya ia memberikan waktu pada gadis jahat itu. Kini sudah tiba saatnya gadis jahat itu mendapatkan balasan yang setimpal atas perbuatannya.

Behind Your Smile [COMPLETED]Where stories live. Discover now